Ini PENYEBAB Konsorsium LG Batal Investasi IDR 129 Triliun Ke INDONESIA.?

Edisi: 1.124
Halaman 3
Integritas |Independen |Kredibel
 
      Potret: KT|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - Perusahaan baterai kendaraan listrik /atau Electric Vehicle (EV) asal Korea Selatan, yakni; Lucky Goldstar /atau LG, memutuskan, menarik investasinya, dalam rencana proyek ekosistem baterai EV di Indonesia.

LG menarik investasi di dalam negeri yang mencakup rencana proyek, mulai dari; sumber bahan baku hingga memproduksi pre-kursor • bahan katoda • dan pembuatan sel baterai senilai USD 7,7 miliar /atau setara IDR 129,8 Triliun (asumsi Kurs IDR 16.862 per 1 USD).

dilansir dari Yonhap News Agency, alasan dari batalnya investasi raksasa baterai kendaraan listrik Korsel di Indonesia tersebut, karena adanya potensi pergeseran dalam lanskap industri, yang akan berujung pada perlambatan sementara permintaan EV global.

"menimbang kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek."|seorang pejabat dari LG Energy Solution, dikutip dari YNA, Senin, (21/04/25).

cukup tahu • adapun, konsorsium yang terdiri dari berbagai perusahaan, seperti; LG Energy Solution • LG Chem • LX International Corp bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI telah berkonsultasi dengan Pemerintah Indonesia sebelum mencabut investasinya.

meskipun konsorsium asal Korsel tersebut menarik investasinya di Indonesia, raksasa baterai EV tersebut tetap akan melanjutkan proyek baterai EV yang sudah berjalan dalam negeri bersama dengan Hyundai Motor.

Proyek tersebut adalah pabrik baterai EV milik PT. HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat.

"Namun, kami akan melanjutkan bisnis kami yang sudah ada di Indonesia, seperti; pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group."|seorang pejabat dari LG Energy Solution

Tanggapan Ekonom, 

menanggapi hal tersebut, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan bahwa; sikap Pemerintah Indonesia terhadap semakin kuatnya pengaruh Militer ke dunia bisnis Indonesia menjadikan investor berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia.

"Kekhawatiran tumbuh kuatnya militer di dunia usaha didasarkan pada keputusan usaha yang sering kali di luar keputusan bisnis, 

Intervensi dari pihak militer akan lebih kuat dan menjadikan kebijakan nasional ditakutkan tidak pro terhadap pelaku usaha, melainkan ke keinginan militer."|Huda (Dir. Celios), Selasa, (22/04/25)

Huda, mengatakan, yang pasti, kebijakan Pemerintah Indonesia akhir-akhir ini, membuat kepastian investasi menjadi mengambang.

Investor diprediksi akan wait and see kebijakan pemerintah yang bisa menentukan arah pembangunan industri ke depan.

"Salah satunya terkait sikap pemerintah dalam menghadapi perang tarif,

Sebagaimana diketahui, dengan timbulnya perang tarif, menggeser permintaan baterai EV yang didominasi oleh mobil dari Tiongkok."|Huda (Dir. Celios)

Huda, mengatakan, dengan adanya hambatan bagi mobil EV Tiongkok masuk ke AS, pasar akan semakin menyempit yang membuat investasi di baterai EV dinilai kurang menguntungkan.

"dampaknya bagi Indonesia adalah hilirisasi nikel akan menimbulkan lubang besar di pohon industri nikel, 

Hilirisasi hanya dimanfaatkan pembuatan baterai EV di Tiongkok, 

Indonesia tidak akan pernah bisa bangun pabrik baterai EV berskala global."|Huda (Dir. Celios)

Huda, mengatakan, pemerintah harus melihat lebih detail dari keputusan mereka akhir-akhir ini. 

sebagai contoh, keputusan terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi keputusan krusial apakah nantinya tidak perlu manufaktur dalam negeri dengan mengimpor barang jadi ketimbang membangun pabrik yang biasanya besar.

"selain itu, perluasan peran militer harus dibatasi sesuai dengan kondisi dunia usaha, 

Militerisme di dunia usaha hanya akan merugikan dari sisi pelaku usaha lainnya, 

Kekuatan militer yang terlampau besar membatasi ruang gerak dari dunia usaha."|Huda (Dir. Celios)

Pengaruh Kebijakan Trump, 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal, mengatakan, kebijakan Donald Trump di Amerika sangat berpengaruh besar terhadap industri EV global.

"Krena satu secara prinsip dia tidak pro EV, dan yang kedua juga akan memproteksi pasarnya dari impor, bukan barang-barang yang dibuat di luar pada umumnya, atau membatasi impor,

dan apalagi yang termasuk EV yang itu sebetulnya banyak diproduksi oleh Tiongkok, yang secara politik sekarang merupakan rival /atau sasaran perang dagang dari Amerika."|Faisal (Dir. CoRE) 

Faisal, mengatakan, maka dari itu, dengan adanya kebijakan Trump tentu akan membatasi ruang gerak dari pada kendaraan EV yang berkaitan dengan Tiongkok.

"sehingga ini akan membuat para investor yang ada di EV, di banyak negara yang kaitannya dengan Tiongkok, termasuk Indonesia, akan berpikir ulang untuk menanamkan investasi besar."|Faisal (Dir. CoRE) 

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Bisnis, Investasi, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber:  LG, LG Energy Solution, Celios, CoRE, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®