Edisi: 1.114
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Pemerintah merencanakan untuk mengaktifkan kembali Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Perencanaan tersebut, disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu'ti, di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Jum'at, (11/04/25).
"Jurusan (di SMA) akan kita hidupkan lagi,
Jadi nanti akan ada jurusan lagi: IPA, IPS, dan Bahasa."|Mu'ti (Mendikdasmen RI)
meski rencana tersebut sudah dipastikan, Abdul Mu'ti belum mengumumkan waktu pasti, pelaksanaan sistem penjurusan di SMA.
terkait Pelaksanaan test Kemampuan Akademik Pengembalian sistem penjurusan berkaitan dengan pelaksanaan test Kemampuan Akademik (TKA), yang akan menggantikan Ujian Nasional (UN).
Rencananya, TKA akan dimulai pada November 2025, maka dari itu, tidak menutup kemungkinan sistem penjurusan mulai diterapkan kembali pada tahun 2025.
dalam TKA, siswa akan diuji berdasarkan mata pelajaran yang biasa mereka pelajari sesuai jurusan masing-masing.
"dalam TKA itu nanti mulai itu ada tes yang wajib, yaitu; Bahasa Indonesia dan Matematika itu wajib,
untuk mereka yang ngambil IPA itu nanti dia boleh memilih tambahannya antara Fisika, Kimia atau Biologi,
"untuk yang IPS juga begitu.. dia boleh ada tambahan apakah itu Ekonomi, apakah itu Sejarah /atau ilmu-ilmu lain yang ada dalam rumpun ilmu-ilmu."|Mu'ti (Mendikdasmen RI)
cukup tahu • Sistem Penjurusan ini sebelumnya dihapus saat Nadiem Makarim menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
saat itu, Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek RI, Anindito Aditomo, menjelaskan bahwa; penghapusan penjurusan, dilakukan untuk menghindari ketidakadilan sosial di lingkungan sekolah.
"salah satunya itu (karena orangtua rata-rata memilihkan anaknya masuk IPA),
Kalau kita jurusan IPA kita bisa memilih jurusan lain."|Anindito (Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek RI), dikutip dari Kompas.com, Senin, (15/07/24) lalu.
Anindito, mengatakan, banyak orang tua menyarankan, anaknya masuk IPA agar memiliki lebih banyak pilihan program studi saat masuk perguruan tinggi.
Sayangnya, dominasi siswa IPA menyebabkan jurusan IPS dan Bahasa semakin kurang diminati dan kuota siswanya menyusut.
dalam Kurikulum Merdeka, penjurusan diganti dengan sistem pemilihan mata pelajaran berdasarkan minat dan bakat siswa.
Siswa Kelas 11 dan 12 dapat memilih mata pelajaran sesuai aspirasi studi lanjutan /atau karier, tanpa harus terikat dengan label jurusan.
namun, langkah tersebut, dinilai, timbulkan Stereotip Negatif meski memiliki fleksibilitas, karenavpenghapusan jurusan tersebut, justru dinilai memunculkan masalah baru.
Dosen Sosiologi Pendidikan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu, menilai bahwa; pelajar dari rumpun IPS dan Bahasa kerap mengalami stereotip negatif di masyarakat.
"mereka yang masuk ke jurusan IPS dan Bahasa cenderung mendapatkan label sebagai anak-anak nakal, bandel, dan tidak secerdas anak-anak jurusan IPA."|Tuti (Akademisi), dikutip dari laman resmi Unair, Rabu, (31/07/24) lalu.
Tuti, mengatakan, siswa IPA lebih leluasa masuk ke berbagai jurusan di perguruan tinggi, termasuk jurusan yang seharusnya bisa dimasuki siswa IPS dan Bahasa.
"terjadi diskriminasi pada siswa IPS dan Bahasa karena dianggap tidak pandai dalam berlogika, matematika /atau ilmu eksakta,
inilah yang kemudian menyebabkan siswa IPS dan Bahasa berada pada strata kedua atau ketiga setelah siswa jurusan IPA."|Tuti (Akademisi)
Tuti, menilai, kebijakan Kurikulum Merdeka harus diimplementasikan dengan matang dan menyeluruh, supaya tidak memberatkan guru serta tidak membingungkan orang tua yang masih awam terhadap perubahan sistem pendidikan.
"Sebaliknya, orang tua masih minim pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan pendidikan baru di era Menteri Nadiem Makarim."|Tuti (Akademisi)
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Pendidikan, Hukum,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: Kemendikdasmen RI, UNAIR, Kompas.com,
| Penerbit: Kupang TIMES