Edisi: 1071
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel
WASHINGTON DC, KUPANG TIMES - Pembicaraan antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump serta wakilnya JD Vance berakhir dengan pertengkaran panas di depan jurnalis.
Pembicaraan tersebut berakhir tanpa kesepakatan.
Trump menekan Zelenskyy untuk melakukan gencatan senjata secepatnya.
setelah pertemuan panas di Ruang Oval di Gedung Putih, Jum'at, (28/02/25) waktu setempat, Trump mengancam Zelenskyy untuk berdamai /atau kehilangan dukungan AS di perang dengan Rusia.
Namun, Trump meragukan Zelenskyy berniat damai.
"dia bukan orang yang ingin berdamai,
Saya ingin gencatan senjata sekarang."|Trump (Presiden AS), beberapa jam setelah keduanya melakukan pertemuan yang kontroversial di Ruang Oval.
Trump mengatakan, dirinya yakin bahwa; Putin siap untuk perjanjian damai.
dalam perdebatan panas dengan Zelenskyy, Trump beberapa kali membela Putin.
menurut Trump, Putin telah banyak melalui kesulitan dalam perang yang telah berlangsung tiga tahun itu.
“Putin telah mengalami banyak kesulitan dengan saya, dia mengalami perburuan penyihir palsu."|Trump (Presiden AS), merujuk pada hasil penyelidikan, selama masa jabatan pertama Trump terkait tuduhan kampanye pemilihannya tahun 2016 berkolusi dengan Moskow.
“Kamu bisa melakukan gencatan senjata secepatnya, maka peluru akan langsung berhenti berterbangan dan orang-orangmu tak lagi terbunuh."|Trump (Presiden AS), sambil menuding-nuding Zelenskyy saat jumpa pers setelah pertemuan.
Zelenskyy tidak mau kalah, kedua Kepala Negara itu, terlihat saling memotong pembicaraan satu sama lain dan bertengkar satu sama lain.
Wapres AS, JD Vance turut menekan Zelenskyy dengan mengatakan bahwa; dia tidak hormat pada AS di depan media-media AS.
“Apakah kamu sekali saja mengatakan terima kasih dalam rapat ini.? Tidak."|Vance (Wapres AS)
setelah pertemuan, secara terpisah, Zelenskyy mengatakan Ukraina tidak akan memasuki perundingan damai dengan Rusia sampai Ukraina memperoleh jaminan keamanan terhadap serangan lain.
Zelenskyy menambahkan pertikaian sengit hari Jum'at, dengan Presiden AS, Donald Trump tidak baik untuk kedua belah pihak.
Pertemuan tersebut gagal menghasilkan kesepakatan mineral logam tanah jarang Ukraina-AS.
cukup tahu • Zelenskyy sebenarnya datang diundang ke Gedung Putih untuk menandatangani kesepakatan yang berisi Ukraina mengirim logam tanah jarang itu ke AS.
Kesepakatan tersebut dimaksudkan, agar Trump tetap berpihak pada Ukraina.
dalam perdebatan tersebut, Zelenskyy mengatakan Trump perlu memahami bahwa; Ukraina tidak dapat mengubah sikap terhadap Rusia dalam sekejap.
“Negaramu berada dalam situasi sangat sulit, kamu tidak punya apa pun untuk mendikte AS."|Trump (Presiden AS)
awal pertemuan sebenarnya berjalan sangat baik,
Kedua pemimpin itu saling berjabat tangan dan bertukar sapa dengan sopan.
selama 40 menit pertama, keduanya terlihat berbicara dengan sopan santun.
Namun, setelah pertemuan, dalam beberapa menit, kesempatan berfoto diplomatik di Ruang Oval menjadi ajang pertengkaran sengit.
selama 11 menit, Zelenskyy, Trump yang didukung Vance, saling memberikan pernyataan-pernyataan keras dan tajam.
Pertemuan yang seharusnya menjadi langkah menuju perdamaian antara Ukraina dan Rusia itu dalam sekejap berubah menjadi pertikaian sengit yang membuat nasib Kyiv tergantung semakin tidak pasti tanpa dukungan AS.
Media-media AS menyebut pertengkaran Trump-Zelenskyy tersebut, merupakan, salah satu adegan paling luar biasa yang pernah terjadi di Ruang Oval yang selama ini dianggap sebagai jantung kepresidenan AS yang suci tempat para pemimpin Amerika menjamu rekan-rekan asing mereka.
JD ance memulai Pertengkaran,
Pertikaian dimulai dengan pernyataan Vance yang menuduh Zelenskyy tidak bersyukur atas dukungan AS.
Pernyataan tersebut, menjawab Zelenskyy yang mempertanyakan seruan Vance untuk diplomasi dengan Moskow.
"Saya pikir Anda tidak sopan datang ke Ruang Oval dan mengajukan gugatan di depan media Amerika."|Vance (Wapres AS) yang duduk di sofa dekat kedua pemimpin itu.
saat suhu meningkat, Zelensky melipat tangannya dan bertanya kepada Vance apakah dirinya pernah ke Ukraina dan mengetahui kondisinya secara langsung.
Vance yang marah menjawab bahwa; Zelenskyy tengah memimpin perjalanan propaganda, Trump terpancing dan membela Vance.
Ketika Zelensky mengatakan bahwa; meskipun berada di seberang lautan dari Eropa, AS akan merasakan dampaknya jika tidak membantu Kyiv.
"Jangan beri tahu kami apa yang akan kami rasakan."|Trump (Presiden AS) meninggikan suaranya.
setelah itu, pertengkaran sengit terjadi dan semakin tidak terkendali.
Ketegangan Zelenskyy-Trump telah menggelegak sejak Trump berbicara dengan Putin pada 12 Februari 2025.
Sejak itu, Trump telah menghina Zelenskyy sebagai diktator tanpa pemilu dan menuduhnya tidak mau damai.
"Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang,
Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini."|Trump (Presiden AS) dalam perdebatan di Ruang Oval.
dengan wajah merah dan geram, Trump menuding-nuding ke arah Zelensky.
Bahkan, Trump menepis lengan atas Zelensky saat keduanya saling potong pembicaraan.
Ketika Zelensky bertanya apakah dirinya bisa menjawab, Trump mengatakan tidak.
"Tidak, tidak, Anda sudah banyak bicara, Negara Anda tidak menang."|Trump (Presiden AS)
saat pertengkaran berlanjut, para jurnalis dengan panik memfilmkan dan mengetuk telepon mereka, sementara seorang diplomat Ukraina membenamkan kepalanya di tangannya.
"Kamu akan membuat kesepakatan /atau kami keluar."|Trump (Presiden AS)
Trump kemudian menghentikan pertemuan dan para jurnalis diminta keluar.
sekitar satu jam kemudian, Zelensky tiba-tiba meninggalkan Gedung Putih dan upacara penandatanganan kesepakatan mineral dibatalkan.
di Moskow, Kremlin menggosok tangannya dan memuji sikap keras Trump terhadap Zelenskyy.
Keretakan AS-Eropa makin Besar,
Para pemimpin Eropa menyatakan dukungan dan menunjukkan solidaritas untuk Zelenskyy.
dalam waktu singkat, para perdana menteri dan presiden di benua biru itu, mengunggah dukungan mereka di media sosial.
meskipun mereka tidak secara langsung mengkritik Presiden AS, Donald Trump.
Namun, komentar mereka memperjelas bahwa; mereka mendukung Kyiv.
Sikap para Kepala Negara tersebut, semakin memperdalam keretakan besar antara AS dan Eropa yang dulunya bersekutu erat dalam mendukung Ukraina.
"Ada agresor: Rusia, ada orang-orang yang diserang: Ukraina,
Hormat kepada mereka yang, sejak awal, telah berjuang,
Karena mereka berjuang untuk martabat mereka, kemerdekaan mereka, untuk anak-anak mereka, dan untuk keamanan Eropa."|Emmanuel Macron (Presiden Perancis) dalam cuitannya di X.
Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk merupakan salah satu orang pertama yang menunjukkan dukungannya untuk Zelenskyy dan Ukraina di media sosial.
"Anda tidak sendirian."|Tusk (PM Polandia)
Dua pejabat tinggi Uni Eropa, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa juga mengunggah dukungannya.
"Martabat Anda menghormati keberanian rakyat Ukraina,
Tetap kuat, berani, tak kenal takut,
Anda tidak pernah sendirian, Kami akan terus bekerja sama dengan Anda untuk perdamaian yang adil dan abadi."|Uni Eropa
dari Berlin, Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan, tidak seorang pun menginginkan perdamaian lebih dari rakyat Ukraina.
Adapun Pemimpin konservatif Jerman, Friedrich Merz, calon pengganti Scholz setelah partainya memenangkan pemilihan umum Minggu lalu, juga memberi dukungan.
"Kami mendukung Ukraina di masa-masa baik dan masa-masa sulit,
Kita tidak boleh menyamakan agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini."|Friedrich (Pemimpin Konservatif Jerman)
di Italia, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengusulkan jalan tengah.
Meloni, menyarankan, konferensi tingkat tinggi bagi AS, negara-negara Eropa, dan sekutu untuk membahas cara menghadapi tantangan besar saat ini, dimulai dengan Ukraina.
"Setiap perpecahan di Barat membuat kita semua lebih lemah dan menguntungkan mereka yang ingin melihat kemunduran peradaban kita."|Meloni (PM Italia) yang mendukung Ukraina tapi juga dekat dengan Trump.
sebaliknya, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, secara blak-blakan menyatakan bahwa; Washington tidak dapat lagi memimpin dunia bebas.
"Hari ini, menjadi jelas bahwa dunia bebas membutuhkan pemimpin baru,
Terserah kita, orang Eropa, untuk menerima tantangan ini."|Kallas (Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa)
Kallas, mengatakan, akan meningkatkan dukungan kepada Ukraina sehingga mereka dapat terus melawan agresor.
Pemimpin dari Belgia, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Irlandia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Belanda, Portugal, Slovenia, Spanyol, dan Swedia juga menyatakan dukungan untuk Ukraina.
Namun, Perdana Menteri nasionalis Hungaria, Viktor Orban, sekutu Trump, bersikap sebaliknya, dirinya mendukung Trump.
"Orang kuat menciptakan perdamaian, orang lemah menciptakan perang,
"Hari ini Presiden @realDonaldTrump berdiri dengan berani untuk perdamaian,
Meskipun sulit bagi banyak orang untuk menerimanya,
Terima kasih, Tuan Presiden.!”|Viktor (PM Hungaria).
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: AP, AFP, Reuters,
| Penerbit: Kupang TIMES