G30S 1965.! Dimanakah Mereka, di Malam Mencekam Itu.?

Edisi: 919
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel

 Potret: Jenderal TNI-AD, AH Nasution, Ziarah 
Ke Makam Pierre Tendean di TMP Kalibata

KUPANG TIMES - dimanakah Mayjen. Soeharto, Presiden RI, Soekarno dan Ketua PKI D.N. Aidit, saat terjadi G30S 1965.? 

Mayjen. SOEHARTO

malam itu, Kamis, 30 September 1965 /atau tepatnya 59 tahun lalu, Mayor Jenderal, Soeharto, terpaksa harus berada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. 

karena anak laki-laki bungsu kesayangannya, harus dirawat intensif, karena kena siraman sup panas. 

bersama sang istri, Tien Soeharto, sang Mayjen, harus menunggu perkembangan observasi medis putranya, yang bernama Tommy Soeharto. 

“tanggal 30 September 1965,"

"Kira-kira pukul sembilan malam,"

"saya bersama istri saya berada di Rumah Sakit Gatot Subroto,"

"Kami menengok anak kami,"

"Tommy, yang masih berumur empat tahun dirawat di sana karena tersiram sup yang panas,”|Soeharto (eks Presiden Ke-2 RI) wawancara dengan Ramadhan K.H. dalam tulisan; 'Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989).'

Hutomo Mandala Putra alias Tommy adalah anak kesayangan dari Soeharto. 

Latief, dalam bukunya Pledoi Kol. A. Latief: Soeharto terlibat G30S, mengatakan, dirinya mendatangi Soeharto di sana. 

Latief, yang percaya pada Soeharto sebagai atasannya, bercerita soal rencana penculikan para Jenderal itu. 

“Pak, malam ini, kami beberapa kompi pasukan akan bergerak untuk membawa para Jenderal anggota Dewan (Revolusi) ke hadapan yang mulia Presiden,”|Kol. Latief (eks staff Soeharto) 

meski terkejut, Soeharto, terlihat tetap bersikap tenang. 

Usai bertemu Soeharto di RSPAD, Kolonel. Latief, langsung pergi, menghadiri rapat bersama Soepardjo, Letnan Kolonel Untung, dan lainnya.

setelah bertemu Latief, Soeharto, yang merasa tidak diberitahu Latief serta merasa tidak tahu bahaya apa yang dialami Ahmad Yani, memilih pulang ke rumahnya jelang tengah malam. 

Esok paginya, tersiar berita adanya suara tembakan di rumah-rumah korban penculikan. 

Para jenderal itu pun hilang dan ditemukan tidak bernyawa di Lubang Buaya.

saat itu, Soeharto menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). 

dibawah kepemimpinan-nya, Soeharto memerintah pasukan dengan kualifikasi raider di tubuh Angkatan Darat, untuk mengambil tindakan usai mendengar kabar tersebut. 

       Potret: LIFE|Properti

Presiden RI, SOEKARNO

Kolonel. Maulwi Saelan adalah saksi mata yang mengetahui di mana Presiden RI, Soekarno berada pada 30 September 1965 sebelum dini hari. 

malam itu, Wakil Komandan Resimen Cakrabirawa tersebut, sedang sibuk mengawal sang Presiden menghadiri resepsi penutupan Musyawarah Nasional Kaum Teknisi Indonesia di Istora, Senayan. 

Malam itu, Untung juga ada di acara Munastek Indonesia, yang ikut mengawal Bung Karno, diluar Ring I Cakrabirawa. 

dari Istora, Mangil Martowidjojo, yang waktu itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Cakrabirawa, Bung Karno, sempat pulang ke Istana Merdeka. 

saat Maulwi pulang, dan berganti pakaian, berdasarkan tulisan buku Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1965 (1999), Si Bung Besar pergi lagi dengan diam-diam, kali ini dengan menggunakan mobil Chrysler Hitam. 

Mangil juga ikut di dalam mobil tersebut, setelah pukul 22:00pm malam hingga pagi, Mangil yang paling tahu di mana posisi Soekarno pada malam mencekam 30 September 1965.

Soekarno dan ajudannya terlebih dahulu singgah di Hotel Indonesia untuk menjemput Ratna Sari Dewi, istri termudanya. 

mereka menginap di rumah Ratna Sari Dewi, Wisma Yaso, di Jalan Gatot Subroto. 

di Wisma tersebut, yang saat ini sudah jadi Museum Satria Mandala.

Sogol, salah satu pengawal, melihat Bung Karno, sudah bangun sejak pukul 05:00am subuh 1 Oktober. 

Maulwi pagi itu kebingungan mencari di mana Soekarno berada. 

karena sejak subuh, saluran telepon Istana terputus. 

sebelumnya Bung Karno, sempat ke rumah Hartini, istrinya yang lain lagi. 

usai mendapat laporan, hilangnya perwira tinggi Angkatan Darat, Bung Karno langsung bertolak ke Pangkalan Udara Halim Perdana Kusumah dan bertemu dengan beberapa perwira militer, pelaku gerakan. 

Paham /atau tidak, TNI Angkatan Udara, terkait G30S, TNI-AU tetap melindungi Soekarno dan perwira militer tersebut, untuk sementara. 


Lubang Buaya, Penas, dan Rumah Anis, 

sebagai Panglima Komando Tempur II, seharusnya Brigadir Jenderal Soepardjo berada di Kalimantan. 

Namun, dirinya belum punya pasukan lengkap untuk memimpin konfrontasi militer Dwikora di Kalimantan. 

Jelang 30 September, dirinya terbang ke Jakarta. 

di malam 30 September 1965, Soepardjo sudah berada di Gedung Biro Pemetaan Nasional (Penas) di Jakarta Timur,  menjadi Central Komando I (Cenko I). 

selain Soepardjo dan Latief, ada perwira tinggi lainnya, yaitu; Letnan Kolonel Untung dan Syam Kamaruzaman, Biro Khusus PKI, juga ada di situ. 

namun, banyak perwira tinggi TNI yang terlibat dalam G30S, tidak mengenal Syam. 

sebelum berada di tempat tersebut, Untung sempat pergi ke Lubang Buaya untuk memantau kerja pasukannya yang telah membawa para Jenderal Angkatan Darat. 

Lubang Buaya adalah tempat akhir para Jenderal dikubur oleh pasukan penculik yang disebut Pasopati. 


Ketua PKI, D.N. AIDIT

sementara itu Ketua CC PKI D.N. Aidit, yang dituding Orde Baru sebagai otak Gerakan 30 September 1965, dijemput juga oleh anggota komplotan dari rumahnya di Jalan Pegangsaan Barat No. 4 Cikini. 

“Malam itu, kira-kira pukul 21:00pm Bang Amat dibawa dengan mobil oleh orang-orang yang tidak aku kenal,”|Murad Aidit dalam tulisan: Menolak Menyerah (2005).

Aidit dibawa bersama Koesno ke Wisma Angkasa di Kebayoran Baru oleh Mayor Soejono. 

Perintah membawa Aidit tersebut datang dari Soepardjo. 

Supir mobil yang membawa Aidit itu adalah Sersan Udara Muljono, yang merupakan ajudan Soebandrio. 

Aidit menginap di rumah Sersan Udara Anis Soejatno. 

di rumah tersebut, menurut penulis: Julius Pour, dipersiapkan sebagai Cenko II.

“Tanggal 1 (Oktober) pagi pukul jam 09.00 saya minta Mayor Udara Soejono, oleh karena Penas harus segera dikosongkan, maka saya minta untuk sementara rumah Dek Jatno, saya pinjam untuk kantor,"

"Selanjutnya saya diperintahkan untuk pulang lebih dulu dan menyiapkan meja dan kursi,"

"dengan kendaraan saya berangkat pulang ke rumah di kompleks MBAU rumah nomor 14,”|Anis Soejatno, saat memberikan kesaksiannya di persidangan Letnan Kolonel Untung.

lebih lanjut, Anis mengatakan, pelaku-pelaku yang dilihatnya, antara lain: Soepardjo, Abdul Latief, Heroe Atmodjo, Untung dan tentu saja Soejono. 

ada juga orang-orang sipil yang Anis tidak tahu nama-namanya, yang kemungkinan adalah Aidit dan Syam. 

Orang-orang tersebut, pada 1 Oktober 1965, bertemu Soekarno di sekitar Pangkalan Udara Halim Perdana Kusumah, yang datang untuk mencari perlindungan, karena mendengar adanya suara tembakan-tembakan senjata malam 30 September.

Keberadaan Soekarno di Halim pada 1 Oktober membuat banyak orang berpikir dirinya terlibat G30S. 

Bagaimanapun, Halim dengan pesawat-pesawat angkut yang ada di sana tentu bisa saja menerbangkan Soekarno, jika keadaan Jakarta memanas dan tidak aman. 

namun, hal tersebut tidak terjadi. 

dan Tanggal 1 Oktober 1965, menjadi titik balik bagi G30S yang makin berantakan dan akhirnya ditumpas dan bubar.


cukup tahu • Pada tanggal 9 September 2024 lalu, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) resmi mencabut Ketetapan (TAP) MPR Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Soekarno.

Ketua MPR-RI, Bamsoet, mengatakan, dengan dicabutnya TAP MPR tersebut, tuduhan bahwa; Bung Karno telah melakukan pengkhianatan terhadap negara dan mendukung pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak terbukti.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sejarah, Militer, Sosial, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Ramadhan K.H., Buku Pledoi Kol. A. Latief, buku Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1965 (1999), tulisan: Menolak Menyerah (2005), penulis: Julius Pour,

| Penerbit: Kupang TIMES 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®