'104 Hari Kerja Tanpa Libur,' Seorang Karyawan di China Meninggal Dunia, Karena Alami Gagal Organ.?

Edisi: 899
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel

       Potret: iStock|Properti

TIONGKOK, KUPANG TIMES - Budaya kerja berlebihan di China menjadi sorotan, usai seorang pria berusia 30 tahun meninggal dunia, karena alami gagal organ. 

Pria tersebut meninggal dunia, setelah bekerja 104 hari berturut-turut dengan hanya satu hari istirahat.

dilansir dari Guangzhou Daily, Pengadilan di provinsi Zhejiang, memutuskan, perusahaan yang pekerjakan pria tersebut, wajib bertanggung jawab sebesar 20% atas kematiannya.

Pria tersebut berhasil diidentifikasi oleh pemerintah terkait bernama A'bao. 

Pengadilan, menunjukkan sejumlah alat bukti, bahwa; A'bao meninggal karena gagal organ ganda, akibat infeksi pneumokokus, yang sering dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

pada bulan Februari tahun 2024 lalu, A'bao menandatangani kontrak kerja, untuk bekerja sebagai pelukis untuk sebuah perusahaan yang namanya tidak diungkapkan oleh pengadilan. 

A'bao, kemudian ditugaskan ke sebuah proyek (dirahasiakan) di distrik Zhoushan di provinsi Zhejiang, Tiongkok bagian Timur.

A'bao, bekerja setiap hari, selama 104 hari dari Februari hingga Mei tahun 2024 lalu, usai menandatangani kontrak kerja, dengan hanya mendapatkan 1 (satu) hari istirahat, yakni; pada tanggal 6 April 2024 lalu. 

Pada tanggal 25 Mei 2024, A'bao mengambil hak cuti, karena sakit. 

A'bao, merasa tidak enak badan dan menghabiskan waktu cutinya dengan beristirahat di kampnya.

pada tanggal 28 Mei, kondisi kesehatan A'bao memburuk dengan cepat. 

A'bao, dibawa ke ke rumah sakit terdekat oleh rekan-rekannya. 

setelah tiba di rumah sakit (di rahasiakan) A'bao didiagnosis oleh medis, menderita infeksi paru-paru dan gagal napas. 

A'bao, dinyatakan meninggal oleh pihak medis, pada tanggal 1 Juni.

informasi terkait kematian A'bao, langsung ditanggapi oleh Badan Jaminan Sosial (seperti BPJS Ketenagakerjaan) untuk melakukan penyelidikan. 

selama proses penyelidikan terkait kematian A'bao, pejabat dari Badan Jaminan Sosial setempat, mengatakan bahwa; karena lebih dari 48 jam telah berlalu antara sakitnya A'bao dan kematiannya, hal itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai cedera terkait pekerjaan.

Keluarganya kemudian mengajukan gugatan untuk kompensasi, dengan tuduhan kelalaian perusahaan.

di dalam persidangan, perusahaan berpendapat bahwa; beban kerja A'bao dapat dikelola dan bahwa; setiap lembur bersifat sukarela. 

dan perusahaan, juga berpendapat bahwa; kematian A'bao, disebabkan oleh masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya dan kurangnya intervensi medis yang tepat waktu, yang memperburuk kondisinya.

setelah mendengarkan sejumlah keterangan dan penjelasan serta melihat sejumlah alat bukti dari pihak penggugat dan tergugat serta saksi. 

Pengadilan, memutuskan bahwa; kapasitas A'bao untuk bekerja selama 104 hari berturut-turut merupakan pelanggaran yang jelas terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan Tiongkok, yang mengamanatkan maksimal 8 jam kerja per hari dan rata-rata 48 jam per minggu.

Pengadilan, juga memutuskan bahwa; pelanggaran peraturan ketenagakerjaan oleh perusahaan memainkan peran penting dalam memburuknya sistem kekebalan tubuh A'bao dan akhirnya kematiannya, dengan membebankan tanggung jawab perusahaan sebesar 20% atas tragedi tersebut.

Pihak Keluarga akhirnya menerima ganti rugi akibat kematian A'bao sebesar 400.000 Yuan /atau IDR 872 Juta. 

Biaya ganti rugi tersebut, termasuk 10.000 Yuan /atau IDR 21 Juta, atas tekanan emosional yang dialami korban. 

usai mendengarkan putusan pengadilan tersebut, pihak Perusahaan, mengajukan banding atas putusan tersebut. 

Namun, Pengadilan Menengah Rakyat Zhoushan menguatkan putusan awal tersebut pada Agustus 2024.

"melukis adalah pekerjaan yang pada dasarnya berbahaya bagi kesehatan kita,"

"Pada usia 30, A'bao kehilangan nyawanya, dan keluarganya hancur,"

"Pengadilan hanya memberikan ganti rugi 400.000 Yuan saja,"

"yang lebih keterlaluan adalah perusahaan mengajukan banding atas putusan awal,"

"dan tidak menunjukkan simpati, kemanusiaan dasar /atau refleksi diri,"|tulis seseorang secara daring.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sosial, Kesehatan, Hukum, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Guangzhou Daily, 

| Penerbit: Kupang TIMES 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®