Edisi: 886
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - "saya tidak menduga, tidak meminta dan tidak pernah berharap,"
"tetapi, ketika sudah menjadi keputusan,"
"saya akan berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras, untuk menjalankan amanah,"|Pramono Anung (Politisi PDI-P), di IG Pribadinya, Rabu, (28/08/24).
Bendahara Umum DPP PDI-P Olly Dondokambey, mengatakan, partainya telah memutuskan mendukung Sekretaris Kabinet sekaligus mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P, Pramono Anung, sebagai bakal calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024-2029
Pramono akan didampingi oleh eks gubernur Banten yang juga kader PDI-P, yakni; Rano Karno sebagai bakal calon wakil gubernur.
Keduanya disebut akan langsung mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta, pada Rabu, (28/08/24) siang ini.
"Pak Pramono besok (Rabu, 28 Agustus 2024) mendaftar jam 11 di KPU sama Rano Karno,"|Olly (Bendum DPP PDI-P), di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta.
Olly, mengatakan dan menegaskan, DPP PDI-P tidak mengumumkan pencalonan Pramono dan Rano secara resmi, seperti; calon kepala daerah lainnya yang telah diumumkan sebelumnya.
namun, Olly, meminta awak media, untuk langsung meliput pendaftaran Pramono dan Rano di KPUD DKI Jakarta.
"Enggak ada (pengumuman resmi), langsung di pendaftaran yah,"
"Liput di pendaftaran aja, KPUD DKI yah jam 11,"|Olly (Bendum DPP PDI-P)
terkait alasan PDI-P mengusung Pramono Anung untuk Pilkada Jakarta, Olly tidak memberikan penjelasan lebih spesifik.
"Waduh itu kan bukan (urusan) bendahara, urusannya bukan pertimbangan,"
"Aku kalian nanya, jadi aku nyampein aja,"|Olly (Bendum DPP PDI-P)
Hak PDI-P untuk utamakan kader Keputusan PDI-P untuk mengusung Pramono terasa mengejutkan.
sebab, sebelumnya PDI-P disebut-sebut akan mengusung Anies Baswedan di Jakarta.
sinyal, terkait Anies bakal diusung oleh PDI-P pun semakin menguat, usai eks Menteri Pendidikan RI tersebut, sempat berkunjung ke kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta Pusat, Senin, (26/08/24).
dalam kunjungannya tersebut, Anies bertemu Rano Karno yang digadang-gadang sebagai pendampingnya.
Namun, Anies ternyata batal diusung PDI-P.
Terkait hal tersebut, pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, mengatakan dan menilai bahwa; keputusan untuk mengusung Pramono di Jakarta adalah hak dari PDI-P.
Ujang mengatakan, PDI-P merupakan partai yang kerap mengutamakan kadernya untuk diusung sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
"memang sudah menjadi prinsip PDI-P mengusung kadernya,"
"Memprioritaskan dan mengutamakan kadernya untuk diusung menjadi calon kepala daerah,"
"Jadi sesuatu yang wajar saja (PDI-P mengusung kadernya),"
"Tidak heran kalau Pramono Anung yang kader PDI-P yang diusung menjadi calon gubernur (Jakarta), bukan Anies,"
"Karena Anies bukan kader, ya dia menjadi prioritas kedua atau menjadi prioritas terakhir,"|Ujang (Pengamat Politik Univ. Al Azhar), Selasa, (27/08/24).
menurut Ujang, keputusan PDI-P tidak mengusung Anies bukanlah sebuah masalah.
Ujang, merasa, hal itu merupakan langkah yang tepat bagi PDI-P.
"PDI-P usung kadernya justru hal yang positif, bagus kalau PDI-P usung kadernya,"
"Karena kaderisasi harus jalan, pihak yang telah berdarah-darah, mati-matian membesarkan partai harus punya reward juga untuk menjadi kepala daerah,"|Ujang (Pengamat Politik Univ. Al Azhar)
pandangan yang sama dengan Ujang juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno.
Adi mengatakan, langkah PDI-P mengusung Pramono adalah salah satu bentuk peneguhan bahwa; PDI-P adalah partai yang memprioritaskan kader internal dan kader terbaik mereka untuk bisa maju dan bertanding dalam pilkada.
"dalam perspektif partai, (mengusung kader sendiri pada Pilkada) saya kira itu bagus karena orang yang selama ini berproses di partai, pengorbanan di partainya juga besar bisa mendapatkan kesempatan untuk maju,"|Adi (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia), Selasa, (27/08/24).
menurut Adi, kontestasi pilkada bagi PDI-P merupakan ajang penokohan dan ajang memuliakan kader-kader partai yang dinilai sangat layak dan pantas untuk bertanding.
"Jadi, semangat kaderisasi, menjunjung tinggi ideologi partai sebagai partai kader sepertinya jauh lebih mengemuka dan jauh lebih menonjol bagi PDI-P,"|Adi (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia)
Luka Politik Pilkada DKI Jakarta 2017,
Adi, mengatakan dan menganggap, tidak jadinya PDI-P mengusung Anies, bisa jadi, karena faktor luka politik pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
seperti diketahui bersama, Anies pernah berhadapan dengan Kader PDI-P, yakni; Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
saat itu, Anies berhasil menang dari Ahok di putaran kedua.
"(Tak jadi diusungnya Anies) tentu sebagai salah satu bentuk bahwa PDI-P dan Anies dalam banyak hal tak ada kecocokan apa pun karena harus diakui luka politik Pilkada DKI Jakarta 2017 sepertinya memang cukup membekas di kader-kader PDI-P, khususnya PDI-P Jakarta,"|Adi (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia)
Meski Anies sempat menjalin komunikasi politik dengan sejumlah pimpinan DPD PDI-P, Sabtu, (24/08/24) lalu, Adi merasa hal itu tidak cukup.
menurut Adi, pertemuan Anies dengan sejumlah pimpinan DPD PDI-P tidak bisa disederhanakan sebagai bentuk koalisi politik
"Kenapa PDI-P tidak jadi usung Anies.?"
"ya tentu saja karena PDI-P tidak mau mempertaruhkan portofolio politiknya,"
"tidak mau mengorbankan basis konstituennya yang selama ini memang cukup berjarak dengan Anies,"
"Harus diakui, pemilih PDI-P dan pemilih Anies sampai hari ini kan memang tidak akur satu sama yang lainnya,"|Adi (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia)
PDI-P tidak terpengaruh elektabilitas Anies Baswedan,
Adi, mengatakan, PDI-P seolah tidak begitu tergiur dengan sosok-sosok di luar partai yang punya nama besar, salah satunya Anies.
menurut Adi, PDI-P tetap ingin meneguhkan dirinya sebagai partai kader, yang mana kader inti mereka menjadi prioritas untuk bisa dimajukan dalam pilkada.
"PDI-P ingin memberikan pesan bahwa PDI-P tuh agak berbeda dengan partai lain yang suka silau dengan elektabilitas orang sekalipun bukan kader partai,"
"Jadi PDI-P sebenarnya tidak silau dan tidak tergoda dengan Anies sekalipun elektabilitasnya paling mentereng,"|Adi (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia)
Pertaruhan Politik PDI-P,
Ujang, mengatakan dan menilai, langkah PDI-P mengusung Pramono-Rano merupakan sebuah pertaruhan, meski upaya untuk memajukan kader sendiri merupakan hal yang positif.
Pasalnya, Pramono merupakan sosok yang tidak masuk perhitungan sebagai calon pemimpin di Jakarta dalam sejumlah lembaga survei.
"Walaupun (Pramono) tidak punya elektabilitas, tapi itulah keputusan PDI-P, keputusan Megawati (Ketua Umum PDI-P) yang tidak bisa diganggu gugat,"|Ujang (Pengamat Politik Univ. Al Azhar)
sementara di sisi lain, Ujang merasa PDI-P tengah mendorong Pramono Anung yang belum punya elektabilitas untuk diuji coba bertarung pada pilkada.
Hal tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dari kader internal PDI-P saat bertarung di Kontestasi pilkada.
"Kalaupun nantinya (Pramono) kalah,"
"ya itu hal yang tidak aneh, hal yang wajar,"
"karena elektabilitas Pramono Anung katakanlah masih kalah sama Ridwan Kamil karena kan dia (Pramono) baru muncul, jadi belum disurvei,"
"Ya kita lihat nanti surveinya (Pramono) berapa,"
"Pramono Anung kita lihat nanti,"
"kita nilai setelah dicalonkan seperti apa,"
"Jadi, kalau PDI-P mengusung Pramono Anung dengan Rano ya kembalikan kepada warga Jakarta soal memilih atau tidak,"|Ujang (Pengamat Politik Univ. Al Azhar)
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan, Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik, Edukasi,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: DPP PDI-P, Ujang (Pengamat Politik Univ. Al Azhar), Adi Prajitno (Dir. Eksekutif Parameter Politik Indonesia),
| Penerbit: Kupang TIMES