KENANG, Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia, Pemikirannya Dipakai oleh Soekarno - Hatta.!

Edisi: 818
Halaman 1
Integritas|Independen |Kredibel

                Potret: KITLV|Properti

KUPANG TIMES - Sultan Ibrahim Datuk Tan Malaka atau yang lebih Kita dikenal dengan nama Tan Malaka adalah salah satu Pejuang Kemerdekaan Indonesia. 

Tan Malaka mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53 yang ditandatangani oleh Presiden RI, Ir. Soekarno, pada 28 Maret 1963. 

Namun, nama Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional, dinilai kurang dikenal luas, karena propaganda rezim orde baru yang dianggap sebagai antek komunis.

Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Sinabur. 

masa remaja Tan Malaka, dihabiskan di Kweekschool, sekolah guru negara di Fort de Knock. 

Kemudian pada 1913, Tan Malaka melanjutkan studi ke Rijkskweekschool /atau sekolah pendidikan guru pemerintah di Belanda.

sejak menimbah Ilmu di bangku Universitas, Tan Malaka, sangat menggemari karya-karya aliran kiri, seperti; sosialisme dan komunisme, seperti; tokoh Vladimir Lenin, Karl Marx dam Friedrich. 

Ketertarikannya terhadap aliran kiri dan tokoh sosialisme dan komunisme tersebut semakin kuat, usai Tan Malaka pulang ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh Sanembah, Sumatera Utara. 

selama mengajar, Tan semakin merasakan penderitaan dan perbedaan kelas yang dialami orang-orang pribumi di Sumatera.

pada 7 November 1948, Tan Malaka membentuk partai Musyawarah Rakyat Banyak /atau Murba, partai ini menganut pemahaman antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme. 

setelah membentuk Partai Murba, Tan Malaka membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi guna melawan Belanda, tetapi tidak mendapat dukungan dari TNI.

dalam perjuangannya, Tan Malaka, mendapat berbagai halangan dan rintangan, mulai dari penangkapan dan pembuangan di Kupang, pengusiran dari negara Indonesia, seringnya konflik dengan Partai Komunis Indonesia hingga pernah diduga kuat sebagai dalang dibalik penculikan Sutan Sjahrir pada bulan Juni 1946. 

dan Perjuangan Tan Malaka harus terhenti pada 19 Februari 1949, karena dianggap berpaham kiri. 

Tan Malaka bersama pengikutnya ditangkap di Kediri, Jawa Timur.

saat itu Tan Malaka dikabarkan dieksekusi mati dengan cara ditembak, kemudian jasadnya dimakamkan di Selopanggung, Kediri. 

kemudian makamnya dipindahkan di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Keberadaan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung tersebut, merupakan hasil penelusuran sejarawan asal Belanda, Harry A. Poeze. 

Selama lebih dari 30 tahun, Harry melakukan investigasi jejak Tan Malaka di pelosok Tanah Air dan Negara yang pernah disinggahinya. 

bagi Harry, pribadi seperti Tan Malaka cukup misterius dengan peran besar bagi pergerakan perjuangan Indonesia.

sebelum berpulang, Tan Malaka sempat menulis beberapa buku, antara lain: Naar de Republiek Indonesia, Tanah Orang Miskin di Het Vrije Woord edisi Maret 1920, Aksi Massa, Dari Penjara ke Penjara, Maifesto Jakarta, Rencana Ekonomi Berjuang, Pidato Purwokerto, Gerpolek: Gerilya, Politik, Ekonomi.

Buku Naar de Republiek Indonesia, merupakan karya Tan Malaka yang menginspirasi Bung Karno dan Bung Hatta, dalam membentuk Republik Indonesia. 

di dalam buku Naar de Republiek Indonesia, berisi konsep bangsa Indonesia dan perjuangan kemerdekaan pribumi untuk lepas dari kolonialisme. 

maka buku tersebut, Tan Malaka mendapat julukan Bapak Republik Indonesia.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran. 

| Narasi: Sejarah, 

| Text: W.J.B

| Sumber Literasi: Tempo, National Geographic History, 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®