SUDUT PANDANG: Niat Mulia yang KELIRU, Dibalik Peristiwa Bunuh Diri di Apartemen Teluk Intan Penjaringan Jakarta Utara.?

Edisi: 722
Halaman 2
Integritas|Independen |Kredibel

       Potret: HK|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - peristiwa bunuh diri di apartemen Teluk Intan Penjaringan, Jakarta Utara, memberikan pesan tersendiri, yakni; "Niat Mulia" yang mungkin terlintas di benak orang tua untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari kejamnya dunia. 

anggapan tersebut justru Keliru, karena memposisikan anak sebagai Korban dari tindakan memilukan ini. 

pada Sabtu, (09/03/24) lalu, satu Keluarga yang terdiri dari 4 (empat) orang melakukan aksi bunuh diri, dengan cara melompat dari lantai 21 gedung apartemen dan jatuh di lantai dasar, tepat di depan lobby apartemen tersebut. 

para korban bunuh diri, terdiri dari: AEL (52th), EA (50th),  JWA (15th) dan JL (13th). 

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan, peristiwa bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Penjaringan, Jakarta Utara, menunjukkan "Niat Mulia" dari orang tua (Korban Bunuh Diri). 

orang tua (Korban Bunuh Diri) menganggap, dengan mengajak kedua anak-nya, untuk mengakhiri hidup, itu berarti membebaskan anak-anak mereka dari jebakan masalah. 

"ada kemungkinan, orang tua yang tidak ingin anaknya menderita di dunia,"

"karena itu, lebih baik mereka mati bersama,"|Devie Rahmawati (Pengamat Sosial dari UI)

namun, "niat mulia" itu akhirnya memposisikan anak sebagai korban. 

karena belum tentu kedua anak ini setuju untuk melakukan tindakan yang kedua orang tua-nya inginkan. 

di sisi lain, kondisi seperti ini menjadi akumulasi masalah dari dampak hidup individualistis yang sering muncul, di kalangan masyarakat perkotaan. 

dalam kalangan masyarakat individualis, ketika masalah menghampiri, mereka cenderung merasa sendiri sehingga rasa frustasi dan depresi terus menganggu benak mereka. 

sehingga niat untuk melakukan aksi bunuh diri semakin kuat. 

sebenar-nya, masyarakat Indonesia memiliki modal kuat untuk mencegah niat bunuh diri. 

karena, setiap manusia memiliki social capital (modal sosial) dan spiritual capital (modal spiritual). 

Modal Sosial adalah sebuah konsep keyakinan bahwa; manusia tidak bisa hidup sendiri. 

karena itu, semua masalah dapat diselesaikan secara bersama-sama. 

Modal Spiritual adalah sebuah Keyakinan Iman, bahwa; manusia tidak pernah dibiarkan sendiri oleh Tuhan Yang Maha Esa. 

karena itu, semua masalah dapat diselesaikan, melalui pendekatan secara pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa. 

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran. 

| Narasi: Sosial, Kesehatan, Spiritual, 

| Text: W.J.B

| Sumber Literasi: Devie Rahmawati (Pengamat Sosial dari UI), 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®