POLITICAL ISSUES, Setara Institute: "SURVEI Elektabilitas Capres-Cawapres, Semakin TIDAK MASUK AKAL,"

Edisi: 607

Halaman 1

       Foto: GP|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Ismail Hasani, mengatakan, hasil survei elektabilitas calon presiden dan wakil presiden akhir-akhir ini semakin tidak masuk akal. 

Ismail, mengatakan hal tersebut, karena terdapat hasil survei dan publikasi yang sebenar-nya mendukung pasangan calon tertentu.

“Hari-hari ini publik di-suguhi hasil survei tentang elektabilitas capres dan cawapres yang semakin tidak masuk akal,”|Ismail Hasani (Ketua BP. Setara Institute), melalui keterangan tertulis, Senin, (20/11/23). 

Ismail, mengatakan dan memberikan contoh, beberapa hasil survei yang mengatakan para pasangan calon akan memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran.

dari penyampaian contoh tersebut, Ismail, mengatakan, seruan menang satu putaran wajar, jika di-sampaikan oleh kandidat capres-cawapres, dengan tujuan memberi dorongan bagi tim kampanye dan pendukung. 

Namun, hal itu menjadi masalah ketika ada lembaga survei yang meligitimasi klaim mereka dengan mengorbankan etika dan metodologi survei.

Ismail, mengatakan dan mengungkapkan, ada setidak-nya dua tujuan lembaga survei melakukan hal tersebut.

“Pertama, berharap bandwagon effect agar pemilih mengikuti langkah mayoritas publik; dan Kedua, menyediakan justifikasi akademik-populis atas kemungkinan tindakan tidak jujur dan segala cara untuk memenangi kontestasi,”|Ismail Hasani (Ketua BP. Setara Institute)

Selain kedua tujuan terakhir, Ismail, juga menyayangkan sikap lembaga survei yang pilih-pilih saat menentukan materi survei.

menurut Ismail, ada beberapa agenda inkonstitusional yang di-promosikan oleh mereka melalui jajak pendapat secara tidak etis. 

di antara-nya survei dukungan untuk masa jabatan presiden tiga periode, survei pro dinasti politik, dan survei afirmasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia minimal capres-cawapres.

Survei-survei tersebut, kata Ismail, memanfaatkan ketidaktahuan publik dan metode pengambilan sampel tertentu untuk meligitimasi hal yang bertentangan dengan konstitusi. 

“di tengah keterbatasan pengetahuan publik atas term-term tersebut, pengambilan sampel secara acak hanya akan menghasilkan afirmasi atas berbagai kehendak-kehendak inkonstitusional, niretika, dan merusak demokrasi,”|Ismail Hasani (Ketua BP. Setara Institute)

Dosen Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah itu pun mengatakan hal-hal tersebut muncul akibat sikap tidak transparan para lembaga survei. 

menurut Ismail, hubungan lembaga survei dengan para politikus tidak pernah diketahui. 

“apakah juga merangkap sebagai konsultan politik, juru kampanye yang berlindung di balik kebebasan akademik survei, atau agitator yang ditugasi untuk menggiring opini,”|Ismail Hasani (Ketua BP. Setara Institute)

oleh karena itu, Ismail, Setara Institute, mengajak lembaga-lembaga lain untuk mengembalikan posisi survei kepada tujuan awal-nya, yaitu; untuk mempromosikan nilai-nilai kebajikan. 

“Demi keadilan Pemilu, Setara Institute juga mendorong netralitas genuine yang di-dukung oleh sistem, standar operasi, dan penyikapan atas dugaan pelanggaran alat-alat negara secara transparan dan berkeadilan,”|Ismail Hasani (Ketua BP. Setara Institute)

Suara Penentu • AYO Sukseskan Pemilu 2024.!

| Narasi: Pendidikan, Politik, 

| Text: W.J.B

| Sumber Literasi: Setara Institute, 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®