ENSIKLOPEDI, Djoko Pekik, Seniman di Balik Lukisan "Berburu Celeng,"

Edisi: 506

Halaman 1

       Foto: berbagai sumber

KUPANG TIMES - Maestro lukis, Djoko Pekik, di-kenal sebagai pencipta karya seni lukis yang berjudul "Berburu Celeng," Lukisan yang di-buat pada tahun 1998 lalu, yang juga di-anggap sebagai gambaran keadaan pemimpin Indonesia pada era Orde Baru, pada masa itu.

selama berkarier sebagai seorang seniman lukis, Djoko Pekik, pernah di-tangkap dan di-penjara, tanpa di-adili oleh aparat Penegak Hukum, pada tahun 1965,karena di-duga memiliki hubungan dengan Lekra, organisasi kebudayaan sayap kiri Pemerintah. 

Usai bebas dari penjara, Djoko Pekik, memilih untuk tidak aktif dunia lukis, dan pada tahun 1990-an, Djoko Pekik kembali ke dunia seni lukis, dengan mengadakan pameran lukisan. 

di masa muda, Djoko Pekik, lahir di Desa Purwodadi, Prov. Jawa Tengah, pada 02 Januari 1937, dari Keluarga Petani. 

Pada awalnya, Djoko Pekik, ingin menjadi seorang kepala desa, yang ingin mengembangkan seni alat musik gamelan, di desa kelahiran-nya. 

Namun, keinginan Djoko Pekik, untuk menjadi Kepala Desa, tidak terjadi.

Djoko Pekik, lebih terlihat di bakat melukis-nya. 

dan dari bakat melukis-nya, Djoko Pekik justru tumbuh menjadi salah satu seniman lukis terbaik di Indonesia, dan sangat terkenal.

Sayang, Pendidikan yang di-dapatkan Djoko Pekik tidak berjalan lancar, bahkan tidak lulus sekolah dasar. 

Namun, semangat-nya membuat, Djoko Pekik, terus belajar dan berkembang dengan meneruskan pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta. 

dan Djoko Pekik, bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat /atau Lekra, lembaga kesenian yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bersama Lekra, Djoko Pekik, tumbuh menjadi pelukis yang fokus pada sosial kerakyatan, yang menolak segala bentuk kapitalisme.

Pada tahun 1961, Djoko Pekik mendirikan Sanggar Bumi Tarung, bersama; Amrus Natalsya • Misbach Tamrin • Ng Sembiring • Isa Hasanda • Kuslan Budiman • Sutopo • Adrianus Gumelar • Sabri Djamal • Suharjiyo Pujanadi • Harmani • dan Haryatnopada Tan. 

Sanggar yang berlokasi di Yogyakarta ini, berdiri untuk mengajak para seniman lokal, menggunakan Prinsip 1-5-1, yang di-buat oleh Lekra, sebagai pedoman menciptakan karya.

dari situ, seluruh anggota Sanggar Bumi Tarung harus menjadi anggota Lekra terlebih dahulu. 

Sebelum tahun 1965, Djoko Pekik tercatat pernah beberapa kali menggelar pameran lukisan-nya di Jakarta. 

Usai peristiwa G30S pada tahun 1965, Djoko Pekik, yang aktif di Lekra kemudian di-tangkap dan di-penjara. 

Penangkapan Djoko Pekik adalah efek domino pembersihan orang-orang, simpatisan, dan lembaga yang berafiliasi dengan PKI, yang di-anggap sebagai dalang peristiwa G30S.

selain Djoko Pekik, banyak anggota Sanggar Bumi Tarung yang di-tangkap oleh aparat Penegak Hukum. 

dan Sanggar Bumi Tarung di-bubarkan oleh Pemerintah Orde Baru. 

Djoko Pekik di-tangkap kemudian di-tahan, pada 8 November 1965 di penjara Wirogunan.

dan Djoko Pekik, di-bebaskan, pada tahun 1970-an, setelah tujuh tahun di-penjara.

Usai bebas dari penjara, Djoko Pekik sempat memilih untuk menjauh dari dunia seni lukis dan memilih untuk bekerja serabutan. 

akan tetapi, jiwa melukis-nya tidak pernah surut. 

Karya lukis, Djoko Pekik, sejak penangkapan-nya, baru mulai aktif, saat melakukan pameran pada tahun 1990-an

Pada tahun 1989, Djoko Pekik mengikuti pameran Internasional yang di-selenggarakan di Amerika Serikat. 

dan tanpa di-duga, banyak orang-orang dari dalam mau-pun luar negeri yang kagum dan suka dengan karya-nya.

Aliran lukis, Djoko Pekik adalah realis-ekspresif yang di-lengkapi dengan nilai-nilai kerakyatan. 

Karya lukisan, Djoko Pekik, banyak yang memuat kritik terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia.

Salah satu karya lukisan-nya, yang terkenal adalah lukisan berjudul "Berburu Celeng," yang di-buat pada tahun 1998, bahkan lukisan yang di-anggap sebagai gambaran keadaan pemimpin Indonesia, pada era Orde Baru ini di-hargai sekitar satu miliar. 

Pada tahun 2013, Djoko Pekik menggelar pameran tunggal yang berjudul “Jaman Edan Kesurupan,” yang menampilkan 28 lukisan dan tiga patung karya-nya, antara periode 1964-2013.

       Foto: berbagai sumber|Djoko Pekik bersama 
       Lukisan "Berburu Celeng," Karya dan juga 
       milik-nya

Referensi: Dahlan, M. (2012). 

Almanak Seni Rupa Indonesia. 

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

| Narasi: Artistik, Sejarah, Pendidikan, 

|Text: W.J.B

| Sumber Literasi: berbagai sumber,

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®