Edisi: 432
Halaman 2
Foto: Kompas.id, properti, ilustrasiKUPANG TIMES - Leon..., teman-teman ku, biasa memanggilku dengan nama itu, karena sikap-ku yang pemberani, suka menolong orang dan kuat, seperti singa.
aku di rumah, cuma berdua, dengan mama-ku, dia yang mengajariku untuk tegar, lawan setiap masalah dan berdiri di-atas tantangan, itu sebabnya aku di-namai Leon.
Memulung barang bekas adalah aktivitas-ku dan pekerjaan-ku sehari-hari.
Dan, kaleng bekas, kardus bekas, serta mug plastik sekali pakai adalah temanku.
Dari aktivitas dan pekerjaan-ku ini, cukup banyak barang bekas yang bisa aku dapati, mulai dari 2 hingga 3 Kg, yang setiap hari-nya aku pikul sampai tempat pengepul barang bekas.
Dari hasil mengumpulkan barang-barang bekas tersebut, aku bisa kantongi duit sebesar 15 ribu sampai 17 ribu rupiah, setiap harinya.
Umurku masih 14 tahun, tapi otot-ototku sudah terlihat seperti seorang binaraga, yaah barang-barang itulah yang membentuk tubuhku seperti sekarang ini.
Suatu ketika, di hari jum'at siang, aku berhasil kantongi uang sebesar 30 ribu rupiah, karena dalam sehari, aku 2 kali ke tempat pengepul barang bekas, dengan membawa barang bekas yang berhasil aku kumpulkan, senang sekali hati ini, dan mama pasti senang.
Namun, saat dalam perjalanan pulang melewati sebuah Masjid, aku melihat banyak orang yang baru selesai sholat jum'at.
Terlihat seorang anak duduk menangis di depan Masjid, dan aku putuskan untuk menghampirinya, dan menanyakan kenapa dia menangis, ternyata sendalnya hilang.
Sendal itu baru saja di-beli bapaknya, dan dia takut untuk pulang.
Saya kasihan sama anak itu, akhirnya hatiku tergerak untuk menolongnya.
Ku-pikir, dengan korbankan 15 ribu untuk membeli sendal untuk anak ini, kan masih ada 15 ribu lagi.
Singkat cerita, aku memutuskan, untuk mengajak anak itu ke toko yang tidak jauh dari Masjid itu.
Ku-belikan dia sendal, yang menurutnya hampir sama dengan sendalnya yang hilang.
Anak itu terlihat sangat senang, dan aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang dan menjelaskan ke bapaknya agar bapaknya tidak marah.
Sesampainya di rumah anak itu, bapaknya keluar, aku pun menjelaskan kenapa anaknya memakai sendal yang berbeda.
Bapak anak itu tersenyum (nama bapaknya tuan Saleh) dia mengajakku masuk ke rumahnya dan aku di-tawari makan siang bersama.
Cukup lahap aku makan.., setelah itu aku pamit pulang.
Leon..!! panggilan tuan Saleh, membuatku kaget.., iya tuan.., sahut ku.., di-depan pintu, ada sedikit beras untuk kamu bawa pulang, anggap saja ini untuk balas jasa atas kebaikanmu.
Tapi saya sudah di-kasi makan tadi, itu sudah cukup; sahutku menolak pemberian tuan Saleh.
Iya, tapi mama kamu, belum rasakan hasil budi baikmu terhadap kami, bawalah, kami ikhlas.
Tidak ada alasan untuk menolak lagi, kata tuan Saleh.
Bersyukur sekali, hasil kerja dan kebaikanku tidak sia-sia, mama pasti senang.
PESAN MORAL: sobat berilah dari kecukupan-mu, bersyukur dalam segala hal, sukacita milikmu.
|Narasi: Peduli, Menolong, Menghormati,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: Muzeis W. P.