Edisi: 380
Halaman 1
Foto: UnplashKUPANG TIMES - Setiap Tahun, Jutaan Umat Kristen, di seluruh dunia, memperingati Jum'at Agung, sebagai peristiwa Yesus Kristus wafat setelah di-salibkan.
Namun, praktik penyaliban, sejatinya telah terjadi berabad-abad sebelumnya.
Terlepas dari masa lalu penyaliban yang kejam, bagi orang Kristen, salib melambangkan simbol pengorbanan atas nama Kasih.
"Dari tiga cara paling brutal untuk mengeksekusi mati, seorang terhukum di zaman kuno, penyaliban di-anggap yang terburuk,"
"Pembakaran dan pemenggalan setelahnya,"|Dr. Louise Cilliers (Penulis & Peneliti Budaya Klasik, University of the Free State, South Africa), di-lansir BBC.
"Penyaliban adalah kombinasi absolut dari kekejaman dan tontonan untuk menanamkan teror sebanyak mungkin pada penduduk,"|Prof. Diego Perez Gondar, (Teacher Theologia Faculty, University Navarra, Spain)
Dalam banyak Kasus, Kematian para terhukum (yang di-salib), terjadi beberapa hari setelah di-salibkan, di depan mata setiap orang yang lewat.
Tubuh si terhukum akan mengalami komplikasi organ, mulai dari; kesulitan bernafas, kehilangan darah, dehidrasi, dan seluruh organ vital, akan mengalami gagal fungsi.
Lalu, Kapan dan di-Mana Eksekusi Penyaliban mulai di-Terapkan.?
Gambar: Istana Assyria
Lebih dari 500 tahun sebelum Kristus,
Dr. Cilliers, memperkirakan, penyaliban berasal dari bangsa Asyur dan Babilonia.
Dua peradaban besar yang pernah mendiami wilayah, yang sekarang di-kenal sebagai Timur Tengah.
Dan, Dr. Cilliers, percaya metode eksekusi tersebut "di-gunakan secara sistematis oleh bangsa Persia pada abad Ke-VI SM,"
Sementara itu, Prof. Perez, mengatakan, "informasi tertua yang terlihat di dekorasi Istana Assyria, yang terletak di kawasan Mesopotamia, Asia Barat,"
"Di dinding Istana Assyria, ada lukisan yang menggambarkan pertempuran dan penaklukan dan cara para terhukum, di-eksekusi mati,"
"Teknik penyulaan (teknik penyiksaan dan hukuman mati), muncul, sesuatu yang mirip dengan penyaliban,"
Pada tahun 2003, Dr. Cilliers, terlibat dalam penulisan artikel tentang Sejarah dan Patologi Penyaliban, yang di-terbitkan di South African, Medical Journal.
Dr. Cilliers, menjelaskan bahwa; "bangsa Persia melakukan penyaliban di pohon /atau tiang, bukan salib,"
"Menggabungkan Hukuman Mati dengan cemoohan terhadap terhukum dan kematian yang kejam sering terjadi,"
"Salah satu tekniknya adalah dengan membiarkan mereka tergantung di pohon, kesulitan bernafas, kelelahan, kehabisan darah, hingga mati,"|Prof. Perez
Gambar: lukisan Alexander Agung,Penyebaran,
Pada abad Ke-IV SM, Alexander Agung membawa metode Hukuman mati tersebut, ke Negara-negara Mediterania Timur.
"Alexander dan pasukannya mengepung Kota Tirus (saat ini bernama Lebanon), yang sulit di-rebut,"
"Ketika mereka, akhirnya berhasil rebut, mereka menyalib, sekitar 2.000 penduduk,"|Dr Cilliers
Penerus Alexander Agung, kemudian memperkenalkan Hukuman mati tersebut, di Mesir dan Suriah, serta Kartago (Carthage), kota kuno terbesar di Afrika Utara, yang di-dirikan oleh orang Fenisia (Phoenicia).
Selama Perang Punik (Punic) dari 264-146 SM, bangsa Romawi mempelajari teknik Hukuman mati tersebut dan "menyempurnakan-nya selama 500 tahun,"
"Legiun Romawi mempraktikkan penyaliban ke mana pun mereka pergi,"|para Peneliti
Dan, di beberapa tempat, di mana mereka menerapkan bentuk Hukuman Mati ini, para penduduk setempat menerimanya.
Pada Tahun Ke-IX Masehi, Jenderal. Jerman Arminius, memerintahkan penyaliban tentara Romawi setelah kemenangannya di Pertempuran Hutan Teutoburg, yang merupakan kekalahan memalukan bagi orang Romawi di tangan suku Jermanik.
Kemudian pada tahun Ke-60 Masehi, Boudicca, ratu suku Inggris kuno yang di-kenal sebagai Iceni, memimpin pemberontakan besar-besaran melawan penjajah Romawi dan menyalibkan sejumlah legiuner mereka.
Tanah Suci,
Di Israel kuno, jenis Hukuman mati ini, sudah di-gunakan, sebelum kedatangan bangsa Romawi.
"Kami memiliki sumber yang bisa berbicara tentang penyaliban sebelum penaklukan Romawi atas Tanah Suci,"|Prof. Perez
Salah satunya adalah Sejarawan, Politisi, dan tentara Romawi-Yahudi Flavius Josephus, yang lahir di Yerusalem pada abad Ke-I Masehi.
Dalam catatannya, zaman Pemerintahan Alexander Jannaeus (125 SM-76S M), yang memerintah atas bangsa Yahudi selama 27 tahun, Alexander Jannaeus, mengatakan, penyaliban massal terjadi, sekitar tahun 88 SM.
"Ketika, dia (Alexander Jannaeus), merayakan bersama selirnya di tempat yang mencolok, dia (Alexander Jannaeus), memerintahkan penyaliban atas sekitar 800 orang Yahudi, serta pembunuhan anak dan istri mereka di depan mata orang-orang malang yang masih hidup,"|Flavius Josephus
Gambar: Sejarawan, Romawi-Yahudi,Bangsa Romawi,
Dr. Cilliers, "bangsa Romawi adalah orang-orang yang memasukkan berbagai jenis bentuk salib ke dalam bentuk hukuman mati tersebut, termasuk yang berbentuk X,
"Namun, dalam banyak kasus, mereka (bangsa Romawi), menggunakan salib Latin yang cukup terkenal, yakni; Tau (salib berbentuk T),"
"Salib Tau (Salib T) tersebut, bisa berukuran tinggi, bisa juga berukuran rendah, sesuai dengan ukuran terhukum, yang lebih umum, di-gunakan ukuran rendah,"
"Mereka terdiri dari tiang tegak (stipes dalam bahasa Latin) dan yang melintang (patibulum),"
"Para terhukum yang di-eksekusi mati, di-paksa untuk membawa balok horizontal dari salib ke tempat eksekusi,"
"Jika orang itu tidak telanjang, pakaian mereka di-lepas dan mereka di-suruh berbaring telentang dengan tangan terulur di sepanjang patibulum,"
Berlumur Darah,
Lengan mereka kemudian di-ikat ke balok horizontal, dan ada juga yang pergelangan tangannya di-tanam dengan paku ke balok tersebut.
Paku biasanya tidak di-tambatkan di telapak tangan para tahanan, karena dapat merobek dan membuat terjatuh akibat tekanan berat badan.
Paku di-tambat ke tulang di pergelangan tangan dan lengan bawah, sehingga dapat menahan tubuh pada tempatnya.
Paku bisa berukuran panjang hingga 18 cm, dan tebal 1 cm.
Ketika terhukum di-sandarkan ke balok horizontal, terhukum di-angkat dan di-pasang ke tiang vertikal, yang sudah tertanam di tanah.
Kaki terhukum, kemudian di-ikat /atau di-paku pada tiang vertikal, baik itu di masing-masing kaki -atau keduanya sekaligus, di mana satu kaki berada di atas yang lain.
Dalam hal itu, Prof. Perez, menjelaskan, "satu paku di-tancapkan melalui tulang metatarsal (bagian yang menghubungkan pergelangan ke jari-jari kaki) di keduanya, sementara lutut di-tekuk,"
Rasa sakitnya tak terbayangkan,
"Banyak saraf akan terpengaruh,"
"Anda harus memaksa kaki anda untuk duduk tegak, agar bisa bernafas,"
"Saat melakukannya, "akan ada banyak darah yang keluar, rasa sakit yang luar biasa, tetapi jika tidak, Anda bisa mati lemas,"|Prof. Perez
Dalam banyak kasus, penyaliban adalah proses kematian yang lambat, yang terjadi setelah kegagalan fungsi sejumlah organ vital.
Dr Cilliers, juga menjelaskan bahwa; "hal itu di-sebabkan oleh kolapsnya sirkulasi akibat syok hipovolemik, korban mengalami penurunan volume darah (hipovolemia) akibat kehilangan darah traumatis dan dehidrasi, tetapi mungkin terutama karena gagal bernafas,"
Banyak terhukum yang meninggal, di-sebabkan dehidrasi, lemas dan kesulitan bernafas.
Dalam hitungan Jam hingga hari, terhukum akan mengalami penderitaan yang cukup serius.
Kekejaman eksekusi mati tersebut, di-perparah dengan fakta bahwa; banyak terhukum yang di-salibkan membutuhkan waktu berhari-hari untuk mati, meski para terhukum juga bisa meninggal dalam hitungan beberapa jam, dalam Alkitab, Yesus, bertahan selama enam jam.
Dalam beberapa kasus, apa yang di-lakukan eksekutor, untuk mempercepat kematian adalah memukul lutut orang dan mematahkan kaki mereka.
"Dengan cara ini, terhukum tidak dapat mengangkat otot kakinya untuk bernafas, yang membuat mereka mati lebih cepat,"|Prof Perez
Menurut catatan Akademisi Alkitab, "tentara Romawi menggunakan cara ini kepada dua penjahat yang di-salibkan di samping Yesus,"
"Yesus sudah di-pukuli dengan cambukan, semacam alat pecut dengan potongan logam dan tulang tajam (di ujungnya),"
"Dia (Yesus) telah kehilangan banyak darah.
"Bahkan, ada orang yang mati, hanya karena cambukan,"
Musuh Terburuk,
"Metode penyaliban bertujuan untuk mengekspos dan mempermalukan orang yang di-Hukum,"
"Itu adalah kematian yang di-peruntukkan bagi musuh terburuk untuk memperjelas bahwa; orang Romawi tidak ingin melihat siapa pun melakukan kejahatan yang sama,"
"Penyaliban sebagian besar di-terapkan pada budak dan orang asing, dan sangat jarang pada warga Romawi itu sendiri,"
"Penyaliban dalam banyak kasus di-kaitkan dengan pengkhianatan, pemberontakan militer, terorisme, dan beberapa kejahatan yang menyebabkan pertumpahan darah,"
Karena alasan itu, Prof. Perez, mengatakan, "sangat penting bagi Romawi untuk menyalibkan Yesus,"
"Tapi juga mengejutkan bahwa; mereka (Romawi) menganggap-Nya (Yesus) sebagai seseorang yang berbahaya,"
"Dan bagi mereka (Romawi) yang tidak ingin dunia berubah, tidak hanya mencoba untuk mengakhiri hidup Yesus, tetapi dengan penyaliban, mereka ingin menegaskan bahwa; (pesan-Nya) tidak boleh di-lanjutkan,"
Foto: Kaisar Romawi, Constantine IPenghapusan Praktik Penyaliban,
Kaisar Romawi, Constantine I, menghapuskan penyaliban pada abad ke-IV Masehi, dan menjadi kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen.
Constantine I, melegalkan Agama dan para pengikutnya memperoleh hak istimewa yang hilang dari Agama Tradisional, yang mengarah ke Kristenisasi Kekaisaran Romawi.
Namun, dalam perkembangannya, Hukuman Penyaliban, masih di-terapkan di tempat lain.
Pada tahun 1597, di Jepang, 26 misionaris di-salibkan, memulai periode panjang penganiayaan terhadap orang Kristen di Negara itu.
Namun, terlepas dari masa lalunya yang kejam, bagi orang Kristen, salib melambangkan simbol pengorbanan atas nama Kasih.
|Narasi: Sejarah, Pendidikan, Edukasi, Religius,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: Dr. Louise Cilliers (Penulis & Peneliti Budaya Klasik, University of the Free State, South Africa), Prof. Diego Perez Gondar, Teacher Theologia Faculty, University Navarra, Spain, Alexander Agung, Kaisar Romawi, Constantine I, Sejarawan, Romawi-Yahudi, Flavius Josephus,