Edisi: 358
Halaman 2
Foto: BBC, Ibu. EvarlineKENYA, KUPANG TIMES - Krisis biaya hidup mendorong para Jemaat, untuk berhutang, agar bisa membayar Pendeta yang mendoakan mereka.
Evarline, salah satu Jemaat dan warga, yang harus berhutang, agar bisa di-doakan oleh Pendeta, yang meminta uang IDR 1,7 Juta, setelah di do'a-kan.
Setelah di do'a-kan, kehidupan Evarline tidak berubah dan kini Ervarline harus terjerat hutang dan bunga IDR 4,6 Juta.
Evarline memulai ceritanya, melalui sambungan telepon dengan kondisi kehidupannya yang tidak punya pemasukan selama berbulan-bulan.
Di tengah kondisi tersebut, Evarline mendengar tentang seorang pendeta yang doanya bisa memberi kehidupan yang lebih baik.
Tetapi Pendeta itu meminta uang sebesar IDR 1,7 Juta /atau USD 115.
Istilah ini di-sebut dengan "persembahan benih", yakni; sumbangan kepada tokoh agama, agar bisa memberi doa khusus seperti; yang di-inginkan Jemaat.
Evarline kemudian memutuskan untuk meminjam uang dari seorang temannya.
Evarline di-beritahu temannya, bahwa; doa dari pendeta ini begitu kuat, dan Evarline menyanggupi untuk membayar hutangnya kurang dari satu pekan.
Keajaiban yang di-tunggu tidak kunjung tiba, Evarline mengatakan bahwa; "segalanya semakin buruk,"
Hutang dari temannya itu terus membengkak, karena bunga yang belum di-bayarkan.
Sekarang hutangnya sudah mencapai IDR 4,6 Juta /atau USD 300, dan Evarline tidak tahu bagaimana cara melunasinya.
Temannya sudah tidak mau bicara padanya, dan Evarline masih belum punya pekerjaan.
"Segalanya menjadi sulit, saya telah kehilangan semua harapan,"|Evarline
Solusi Gaib,
Negara Kenya mendapat pukulan cukup keras, karena di-landa krisis ekonomi yang mengakibatkan lonjakan biaya hidup.
Harga makanan naik 16% dalam 12 bulan, sebelum bulan September 2022.
Hal ini berdasarkan Badan Pusat Statistik setempat.
Sementara itu, laporan dari Bank Dunia menunjukkan jumlah warga Negara Kenya yang kehilangan pekerjaan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir.
Seorang Sosiolog dari Universitas Multimedia Kenya, Gladys Nyachieo, mengatakan bahwa; "Masyarakat hidup dengan putus asa,"
"Situasi ini telah memicu hasrat sebagian masyarakat untuk mencari solusi supranatural,"
"Akibatnya, banyak sekarang yang rela membayar demi memperoleh keajaiban, bahkan jika mereka harus pinjam uang,"
"Orang-orang di-doktrin bahwa Tuhan tidak ingin mereka terus-terusan hidup susah,"
"Jadi, mereka harus memberi persembahan benih,"
"Benih yang di-maksud adalah uang,"
"Praktik membayar untuk memperoleh berkat dan do'a Pendeta berasal dari apa yang dikenal sebagai Teologi Kemakmuran," yang mengajarkan bahwa; Tuhan memberi imbalan iman dengan Kesejahteraan dan Kesehatan,"
"Para jemaatnya di-dorong untuk menunjukkan iman mereka dengan memberikan uang, yang di-klaim akan dibalas Tuhan dengan berlipat ganda,"
"Kepercayaan ini berakar di Amerika Serikat yang memperoleh momentumnya di awal abad ke-20,"
"Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, para Pendeta dari Nigeria pergi ke AS untuk belajar lebih banyak mengenai hal ini,"
"Pada awal tahun 2000-an, popularitasnya kemudian menyebar ke seluruh Afrika,"
"sebagian di-dorong oleh tokoh gereja evangelis Amerika seperti; Reinhard Bonnke,"
Reinhard Bonnke, berhasil menarik banyak orang, dari Lagos ke Nairobi,"
"Pertumbuhan popularitasnya berlanjut hingga kini,"
"Dan, faktor lain yang membuat masyarakat tergoda untuk berhutang, adalah melalui tawaran hutang kerap muncul di telepon genggam warga Kenya,"
"Ini semacam pinjaman online,"
"Masyarakat hanya mendaftar, kemudian memperoleh uang,"|Gladys Nyachieo (sosiolog dari Universitas Multimedia Kenya)
Foto: Dennis Opili, propertiKejadian serupa, juga pernah terjadi pada Dennis Opili (26th), setelah merasa putus asa, karena gagal mendapat kerja selama tiga tahun, Dennis kemudian meminta seorang temannya, untuk membantunya.
"Teman saya menyarankan pada saya, bahwa; ada sebuah gereja di mana kamu bisa minta do'a dari mereka,"
"Kamu bisa memberi persembahan, kemudian mereka akan mendoakanmu, kemudian kamu dapat pekerjaan,"
"Dan, saya telah memberi sumbangan setiap hari Minggu, selama tiga bulan, dengan total sekitar IDR 2,7 Juta /atau USD 180,"
"Saat saya kehabisan tabungan, saya meminjam lagi, sekitar IDR 1,8 Juta /atau USD 120, dari pinjol dan teman-teman saya,"
"Saya yakin dengan apa yang di-katakan oleh pendeta, bahwa; saya akan memperoleh pekerjaan,"
Jadi, saya tidak keberatan untuk mencari pinjaman, karena saya pikir nantinya saya bisa melunasinya,"
"ketika tidak tidak dapat pekerjaan, saya mulai curiga bahwa; saya telah di-tipu,"
"Saya kemudian di-buru perusahaan pinjol untuk pelunasan hutang,"
"Kadang saya hanya duduk di suatu tempat, santai, memikirkan hal-hal lain,"
"Kemudian seseorang menelpon, mereka menagih hutang, dan saya tidak punya apa-apa untuk membayarnya,"
"Saya takut karena saya tidak tahu tindakan apa yang bisa mereka ambil kalau saya tidak bisa bayar hutang,"
"Dan, saya juga tidak tahu apakah mereka akan melakukan penuntutan /atau apakah mereka akan menyeret saya ke dalam tahanan Polisi,"
"Saat ini, saya bersyukur,"
"karena sekarang saya telah mendapatkan pekerjaan kecil-kecilan, yang memungkinkan saya untuk membayar hutang ke perusahaan pinjol dan teman-teman saya,"
"Saya masih sangat percaya dengan Tuhan,"
"Yang harus saya lakukan adalah sedikit lebih berhati-hati,"|Dennis Opili
di-Paksa untuk Menyumbang,
Persoalan di-atas, bukan hanya terjadi di Kenya dan Nigeria, sebagai tempat orang mencari pinjaman demi memperoleh keajaiban, melalui do'a Pendeta.
Seorang perempuan yang biasa menghadiri kebaktian di sebuah gereja Nigeria di Amerika Serikat, berkata ia dan suaminya di-wajibkan memberi sumbangan yang mencekik, termasuk persembahan menabur benih.
Perempuan itu meminta namanya di-samarkan, sebut saja "Sarah."
Sarah yang tinggal di bagian selatan AS khawatir jika namanya di-munculkan akan mendapat intimidasi dari gereja /atau pengacara gereja.
Sarah mengatakan baik jemaat mau-pun pendeta lokal di gereja tersebut di-harapkan untuk memberikan "perpuluhan" 10% dari pendapatan bulanan mereka untuk biaya gereja dan pimpinannya di Nigeria.
Dan itu adalah tambahan dari apa yang di-sebut "buah pertama," seluruh paket gaji mereka di bulan pertama tahun itu.
Pemimpin gereja setempat menetapkan target bulanan, kata dia, yang memaksa jemaat untuk menabur benih.
Jemaat kemudian di-beritahu bahwa; mereka akan memperoleh berkat dari kepala pendeta di Nigeria.
Sarah melihat orang-orang memberi persembahan benih dengan kartu kredit di kebaktian gereja.
"Saya ingat suatu hari di gereja itu, seorang wanita berkata 'Saya sudah membayar persembahan benih, dan sepertinya saya tidak punya cukup uang di akhir bulan,"
"Pendeta justru menanggapi bahwa lebih penting memberi persembahan dari pada membayar sewa,"
"Dan Pendeta itu juga mengatakan, siapa-pun yang bertanya kenapa keajaiban tidak kunjung terjadi, ini karena; Anda tidak cukup berdoa, Anda kurang menanam benihnya, dan Anda tidak cukup beriman,"
"Dan, suami saya, juga di-tekan untuk menceraikan saya,"
"karena mereka terus bertanya-tanya, akhirnya kami berdua memutuskan untuk meninggalkan gereja tersebut,"|Sarah (nama samaran)
Foto: BBC, Tokoh Agama asal AS, Ev. OralHarapan Terakhir,
Jadi kenapa Jemaat lainnya masih bertahan di gereja-gereja itu.?
Jörg Haustein, profesor rekanan World Christianities di Universitas Cambridge mengatakan bahwa; "hal ini bisa di-pahami, kenapa orang tetap bersedekah ketika "hal yang di-janjikan tidak terjadi, seperti; yang di-gembar-gemborkan,"
"Bagi Jemaat kelas menengah dan Jemaat menengah ke atas, seperti; Sarah dan Suaminya, Teologi Kemakmuran, menawarkan Kesuksesan Ekonomi dan Mobilitas Sosial ke atas, yang menurut orang menarik,"
"Dan, ini bisa juga menarik bagi orang miskin,"
"Sebuah gereja yang mengatakan bahwa; Kami tahu kalian menderita, dan kami memiliki solusi praktis untuk Anda,"
"Itu akan lebih menarik di-bandingkan gereja yang berkhotbah mengenai perubahan sistematis yang sulit di-pahami,"
"Tapi kenapa orang-orang tetap memberi persembahan, meskipun harus berhutang.?"
"Apakah ini seperti; permainan lotre, ketika kamu tidak punya uang.?"
"Ini adalah yang nampaknya terjangkau, karena kamu bisa pinjam ratusan shilling [mata uang Kenya] melalui telepon untuk berinvestasi, dan lihatlah apakah itu membantu.?"
"Tentu saja, ada rasa putus asa juga, itu bisa menjadi harapan terbaik terakhir yang di-miliki seseorang,"
"Kembali ke Kenya, Evaline mengatakan pengalamannya tidak akan membuatnya meninggalkan imannya,"
"Saya tidak akan mengatakan bahwa; gereja itu buruk,"
"Gereja itu baik,"
"Pendeta-pendeta-lah yang salah,"
"Mereka-lah yang meminta uang,"
|Narasi: Religius, Pelayanan, Melayani, Hukum, Hukum, Pemerintah,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: BBC, Jörg Haustein, Dennis Opili, Evarline, Gladys Nyachieo,