Edisi: 347
Halaman 1
Foto: Historia, Ilustrasi seorang Meneer lagiKUPANG TIMES - Orang Belanda di Hindia Belanda, tidur siang setelah makan siang, menghindari panasnya sinar matahari.
Panduan bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Hindia Belanda, tidak hanya berisi tentang kebiasaan dan tata cara mandi, tetapi juga membahas mengenai siesta /atau istirahat selama beberapa jam setelah makan siang.
Achmad Sunjaya, di dalam Pariwisata di Hindia Belanda (1891–1942) kebiasaan siesta menjadi bahasan menarik yang di-catat oleh para penulis catatan perjalanan sejarah, baik dari abad Ke-19 mau-pun dari abad Ke-20.
Iklim di Hindia Belanda yang panas dan lembap berbeda dengan iklim di Negara Belanda yang dingin.
Oleh karena itu, para Meneer yang tinggal di Hindia Belanda lebih memilih untuk beristirahat sejenak setelah menyantap makan siang, untuk menghindari sengatan matahari.
Kebiasaan siesta juga di-sarankan kepada para wisatawan asing yang mengunjungi Hindia Belanda.
Dan, tidak hanya beristirahat sejenak, para tamu juga di-imbau tak keluar hotel demi menghindari cuaca panas, aktivitas baru di-lanjutkan pada sore hari.
Dalam sebuah buku panduan berbahasa Inggris, terjemahan dari buku panduan berbahasa Belanda karya Bemmelen (1896), pada bagian Mode of Living di perkenalkan tata cara dan kebiasaan di Hindia Belanda mulai dari pagi hari.
“Bangunlah pukul 5.30 pagi, minum secangkir kopi, mandi, kenakan pakaian yang bahannya tipis, kemudian pergilah keluar dengan berjalan kaki atau naik kendaraan,"
"Setelah melakukan berbagai kegiatan pada pagi hari, seperti; berbelanja, berkunjung ke museum /atau klub, maka pada siang hari pukul 13.00, saatnya rijsttafel, makan siang di hotel,"
"Usai rijsttafel di-lanjutkan dengan menikmati siesta dari pukul dua sampai pukul empat, /atau setidaknya tetap berada di kamar, karena siapa pun, kecuali jika terpaksa, seharusnya tidak keluar berpanas-panasan di bawah terik matahari, selama jam-jam terpanas siang hari,”|di-kutip Achmad Sunjayadi
Ketika para Meneer memilih untuk tidak keluar dari rumah penginapan, saat siang hari, ada juga pelancong lain yang berjalan-jalan keluar untuk mengamati aktivitas orang-orang di Hindia Belanda.
Salah satunya pelancong dari India, Jagat-Sit Singh, yang menulis dalam catatan perjalanannya, bahwa; "suasana sepi terlihat setelah makan siang,"
“Setelah menikmati makan siang, hampir semua orang seperti lenyap seketika, toko-toko dan kantor tutup,”
Pengamatan dari Jagat-Sit Singh, tidak jauh berbeda dengan cerita Kapten. Fernand Bernard, seorang perwira Prancis yang mampir di Batavia pada awal abad ke-20.
Setelah menyantap makan siang, Kapten. Fernand Bernard, tidak beristirahat di Hotel tetapi berjalan ke luar sambil mengamati orang-orang yang tidur di bawah pohon /atau di beranda.
Pembahasan tentang siesta dalam catatan perjalanan para pelancong menjadi bukti bahwa; tidur siang telah menjadi kebiasaan orang-orang di Hindia Belanda, khususnya orang-orang Eropa.
Frances Gouda, dalam Dutch Cultures Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900–1942, menulis bahwa; iklim yang panas menjadikan kebiasaan tidur siang sangat diperlukan, tidak hanya untuk perempuan kulit putih yang tak bertenaga, tetapi juga untuk suami-suami, ayah, /atau anak laki-laki mereka yang ambisius, yang secara rutin bekerja sejak pagi buta.
Tri Susilastuti, mengatakan bahwa; "dalam Batavia, Kisah Jakarta Tempo Doeloe, siesta /atau tidur siang memang suatu kebiasaan umum di daerah beriklim panas,"
Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage, Volume 1, menulis; "siesta merupakan salah satu bagian dari gaya hidup indisch,"
“Mereka mengenal siesta /atau tidur siang yang merupakan penyesuaian diri dengan keadaan iklim tropis,”
Oleh karena itu, bukan hal yang aneh bila para pria Eropa yang bekerja di luar rumah akan kembali ke kediaman mereka di siang hari untuk makan siang dan beristirahat hingga sore, lalu kembali melanjutkan kegiatan di luar rumah.
Susan Blackburn, dalam Sejarah 400 Tahunc Kota Jakarta, mengatakan bahwa; "bagi orang-orang Eropa yang memiliki banyak budak, biasanya ada budak yang khusus memiliki keahlian memijat,"
“Para tuan menyukai budak tukang pijat yang dapat memijat dengan ahli hingga mereka tertidur setelah makan siang ala Eropa,”
Hingga kini, kebiasaan istirahat /atau tidur siang, setelah makan siang masih di-lakukan oleh masyarakat Indonesia.
Meski tidak selalu tidur, beristirahat sejenak di kala siang membantu mengembalikan tenaga setelah beraktivitas sejak pagi.
|Narasi: Edukasi, Sejarah, Kesehatan,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: Achmad Sunjaya, Jagat-Sit Singh, Kapten. Fernand Bernard, Frances Gouda, Tri Susilastuti, Susan Blackburn, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage, Volume 1, Buku Bemmelen (1896), Historia, W.J.B,