Edisi: 365
Halaman 1
Foto: China Xinhua NewsRUSIA, KUPANG TIMES - Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sepakat untuk membuat penegasan keselarasan atas sejumlah masalah dan berbagai ketidakpercayaan terhadap Amerika Serikat, setelah pertemuan tingkat tinggi, di Moskow.
Pertemuan yang berlangsung di bawah tekanan Amerika cs, dan bayang-bayang agresi Militer Rusia ke Ukraina itu tidak mempertanyakan Komitmen Beijing untuk mengembangkan hubungannya dengan Moskow, meski Putin kini semakin terisolasi di panggung global, karena Perang berlanjut ke tahun Ke-dua.
Pertemuan Xi dan Putin juga gagal menghasilkan solusi atas konflik tersebut.
Sebaliknya, kunjungan tiga hari Xi ke Moskow, Rusia, yang berakhir, pada Rabu, (22/03/23) adalah kesempatan bagi keduanya untuk menunjukkan hubungan pribadi mereka yang dekat di tengah Kemegahan kunjungan Kenegaraan.
Pertemuan Xi dan Putin, menjadi kesempatan memaparkan cara Ke-dua Negara, untuk dapat memajukan sebuah tatanan dunia yang berlawanan dengan yang mereka lihat dan yang di pimpin AS dan sekutu demokratisnya.
Dan, Pertemuan tersebut di-atas, menghasilkan lebih dari selusin kesepakatan yang memperkuat kerja sama di berbagai bidang, mulai dari perdagangan dan teknologi hingga propaganda Negara.
Pernyataan Utama, dari Xi dan Putin, berfokus pada cara kedua negara akan "memperdalam" hubungan China dan Rusia,"
Berikut, 5 Poin, yang perlu di-ketahui, hasil pertemuan Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yakni:
1. Tidak Ada Terobosan untuk konflik Ukraina,
Pertemuan tersebut tidak menghasilkan terobosan untuk menyelesaikan konflik di Ukraina.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China, kedua pemimpin menyerukan penghentian tindakan yang "meningkatkan ketegangan" dan "memperpanjang" perang di Ukraina.
Namun, pernyataan itu tidak mengakui invasi dan agresi militer Rusia adalah penyebab kekerasan dan krisis kemanusiaan yang berkelanjutan di Ukraina.
2. Tatanan dunia baru dan penyelarasan lawan Amerika Serikat,
Para ahli mengatakan pertemuan itu terjadi atas kecenderungan China dan Rusia membangun keselarasan mereka, melawan AS dan tatanan dunia yang lebih sesuai dengan agenda mereka sendiri yang lebih otokratis, bukan minat untuk menyelesaikan konflik di Ukraina.
Saat, Xi Jinping meninggalkan Kremlin, setelah melakukan jamuan makan malam Kenegaraan, pada Selasa, (21/03/23) bersama Vladimir Putin.
Xi Jinping, memberikan pesan perpisahannya, dengan menegaskan kembali pandangannya tentang dinamika kekuatan global sedang bergeser.
"Bersama-sama, kita harus mendorong perubahan, yang belum terjadi selama 100 tahun ini,"
"Berhati-hatilah,"|Xi Jinping (Presiden China), saat berjabat tangan dengan Putin
Dalam pernyataan bersama, Xi dan Putin menyerukan promosi "dunia multipolar" yang jadi kata kunci utama, untuk sistem yang tidak di-pimpin oleh Nilai dan aturan Barat.
Xi dan Putin juga menyerang Washington di berbagai poin, termasuk "mendesak Amerika Serikat untuk berhenti mengganggu Keamanan Internasional dan Regional, serta stabilitas strategis global untuk mempertahankan Superioritas Militer sepihaknya sendiri,"
Alexander Korolev, pakar Hubungan Internasional di University of New South Wales di Australia, mengatakan bahwa; "pernyataan bersama itu menunjukkan "konvergensi keseluruhan pandangan dunia China dan Rusia serta pendekatan terhadap banyak masalah internasional,"
"Ini sangat eksplisit dan jelas dalam hal mengidentifikasi Amerika Serikat sebagai ancaman keamanan utama,"
3. Saling Percaya Militer dan Ikatan Pertahanan,
Ancaman yang di-rasakan dari badan-badan seperti NATO dan AUKUS muncul sebagai fokus yang jelas bagi Xi dan Putin, termasuk implikasinya terhadap Asia.
Xi Jinping dan Putin menyatakan "keprihatinan serius" dalam suatu pernyataan bersama tentang "penguatan terus-menerus hubungan keamanan militer NATO dengan negara-negara Asia-Pasifik,"
Xi dan Putin juga "menentang kekuatan militer eksternal yang merusak perdamaian dan stabilitas kawasan,"
Rusia dan China berjanji "lebih memperdalam saling percaya militer," dengan penguatan pertukaran dan kerja sama militer mereka dan secara teratur mengorganisir patroli laut dan udara bersama.
Kedua Negara, terus menjalankan latihan bersama di seluruh dunia sejak perang dimulai.
4. Peningkatan Ekonomi dan Energi,
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa; "Moskow siap mendukung bisnis China, menggantikan perusahaan Barat, yang meninggalkan Rusia sejak awal invasinya ke Ukraina,"
Rusia semakin bergantung pada China sebagai pasar impor dan pengekspor elektronik setelah di-pukul dengan sanksi yang cukup berat, oleh Barat.
Xi dan Putin, juga mengatakan bahwa; "akan membangun kemitraan energi yang lebih erat, mendukung perusahaan dari kedua negara dalam memajukan proyek kerjasama di bidang minyak, gas, batu bara, listrik, dan energi nuklir,"
5. Dunia Terbagi,
Penampilan KTT Moskow sangat kontras dengan pertemuan yang bertepatan di Ukraina antara Zelensky dan PM Jepang Fumio Kishida.
Zelensky memuji Kishida dan para pemimpin lain yang telah berkunjung sebagai "menunjukkan rasa hormat" tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga "untuk pelestarian dan aturan dan kehidupan yang beradab di dunia,"
"Mengingat kekuatan Jepang, kepemimpinannya di Asia dalam mempertahankan perdamaian dan tatanan internasional berbasis aturan, dan tanggung jawab Jepang sebagai ketua (G7), pembicaraan kita hari ini benar-benar dapat menghasilkan hasil global,"|Volodymyr Zelensky (Presiden Ukraina) dalam pidato kenegaraan-nya.
Sementara itu, Presiden China, Xi Jinping, belum berbicara dengan Zelensky sejak invasi dan agresi Rusia di-mulai.
"Meski begitu, pertemuan Xi Jinping di Moskow yang menopang keselarasan dengan Rusia di-anggap penting oleh China untuk melemahkan pengaruh global AS, mungkin merugikan hubungan China lainnya,"
"Kunjungan Xi, jelas menempatkan hubungan China dan Rusia di atas segala jenis hubungan bilateral lainnya yang dapat di-miliki China,"
"Namun, pernyataan bersama ini tidak akan memenangkan China banyak teman di Eropa,"
"karena seluruh Eropa begitu termobilisasi di belakang Ukraina untuk mencoba mengusir Rusia,"|Prof.Jean-Pierre Cabestan (ahli Ilmu Politik di Hong Kongx Baptist University)
|Narasi: Pemerintah, Politik, Hukum, Bisnis,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: China Xinhua News, CNN,