ENSIKLOPEDI: Apa itu Flexing.? "Kenal Yuk,"

Edisi: 342

Halaman 2

       Foto: Pixabay

KUPANG TIMES - Flexing adalah Kemajuan teknologi memang tidak bisa di-pungkiri akan memberikan kemudahan, untuk segala hal. 

Namun, kemajuan teknologi juga tak selamanya mampu memberikan dampak positif, sehingga kita harus bijak dalam menggunakan teknologi.

Bahkan, ada beberapa kondisi yang menjadikan kemajuan teknologi memberikan dampak Negatif bagi kehidupan seseorang.

Adanya fenomena flexing menjadi salah satu contoh fenomena yang semakin marak terjadi ketika adanya produk dari kemajuan teknologi, seperti; media sosial.

Secara mudahnya, flexing adalah tindakan pamer akan kekayaan yang di-milikinya. 

Meski begitu, beberapa orang tidak selalu setuju dengan tindakan flexing, karena merupakan salah satu bentuk dari dampak negatif kemajuan teknologi.

Karena adanya dua segi pendapat yang berbeda, maka artikel ini akan mengulas lebih dalam lagi tentang fenomena flexing itu sendiri. 

Dengan membaca penjelasan flexing yang ada di dalam artikel ini tentunya kalian akan semakin lebih mudah memberikan penilaian apakah flexing menjadi salah satu dampak negatif dari adanya media sosial atau mungkin malah sebaliknya.

Pengertian Flexing, 

Sebelum kita membahas lebih dalam tentang flexing, akan lebih baik, jika kita ketahui bersama terkait dengan pengertian dari flexing itu sendiri. 

Sebelumnya memang sudah di-jelaskan secara singkat tentang pengertian flexing.

Namun, dalam poin ini akan di-jelaskan lebih luas lagi tentang flexing.

Flexing adalah istilah yang di-gunakan untuk mereka yang suka pamer kekayaan.

Keberadaan dari media sosial membuat fenomena flexing semakin mudah untuk di-lakukan.

Tidak bisa di-pungkiri, sulit bagi kita untuk tidak melakukan flexing, ketika memiliki sesuatu untuk di-pamerkan. 

Meski di-lakukan secara online, tetapi kebiasaan flexing membuat manusia ingin terlihat memiliki kekayaan, menarik secara fisik, dan juga populer.

Cambridge Dictionary mengatakan bahwa; "flexing adalah tindakan untuk menunjukkan sesuatu yang kalian miliki atau rain, akan tetapi dengan cara yang dianggap orang lain tak menyenangkan,"

Kamus Merriam Webster mengatakan bahwa; "flexing adalah tindakan memamerkan sesuatu yang di-miliki secara pribadi dengan cara lebih mencolok,"

Istilah flexing, pertama kali di-gunakan pada tahun 1899 oleh Thorstein Veblen dalam bukunya yang berjudul "The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions,"

Secara garis besar, flexing adalah suatu kebiasaan seseorang untuk memamerkan apa yang di-milikinya di media sosial. 

Kemudian, tindakan ini di-lakukan untuk mendapatkan pengakuan oleh orang lain.

Contoh; seorang influencer yang flexing tas buatan desainer ternama /atau kemewahan lainnya lewat media sosial. 

Tidak bisa di-pungkiri, saat ini kita akan lebih mudah menemukan seseorang melakukan flexing dengan barang-barang mewah, seperti; yang di-sebutkan pada contoh tersebut.

Akan tetapi, beberapa dari mereka mungkin saja tak benar-benar menyukainya. 

Namun, di sisi lainnya mereka hanya ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain saja.

Meski begitu, untuk saat ini fenomena flexing juga kerap di-gunakan sebagai alat marketing suatu perusahaan. 

Di-mana proses tersebut adalah sebagai bentuk aktivitas mengirimkan sinyal marketing atau market signaling.

Perusahaan yang melakukan metode advertisement ini biasanya akan bekerjasama dengan influencer media sosial. 

Harapannya adalah agar pengiriman sinyal marketing yang dilakukan oleh pihak influencer bisa lebih cepat menarik perhatian calon konsumen.

Dalam kondisi ini, fenomena flexing bisa berguna untuk membantu proses pengembangan usaha karena menjadi salah satu bagian dari alat marketing itu sendiri.

Akan tetapi, pada kondisi khusus terkadang menjadikan flexing sebagai alat untuk menipu orang.

contoh; tindakan flexing yang tidak baik adalah ketika seorang affiliate trading yang memamerkan harta mereka agar masyarakat tergiur untuk mengikuti trading yang dipromosikan olehnya. 

Oleh sebab itu, masyarakat wajib banget lebih cermat dalam menilai seseorang yang tampil di media sosial dengan segala bentuk kemewahan yang mereka tunjukkan saat ini.

Penyebab Terjadinya Fenomena Flexing, 

Flexing adalah suatu tindakan memamerkan benda yang dimilikinya kepada khalayak umum. 

Biasanya fenomena flexing lebih banyak di-lakukan secara online seperti di media sosial.

Saat ini, keberadaan fenomena flexing juga kerap di-gunakan sebagai metode marketing oleh suatu perusahaan untuk memasarkan produknya serta menarik perhatian para calon konsumen.

Keluar dari metode marketing yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk produk mereka.

Fenomena flexing yang di-lakukan oleh diri sendiri untuk memamerkan barang pribadi juga bisa terjadi karena di-pengaruhi oleh beberapa penyebab.

Lantas, apa saja penyebab terjadinya kebiasaan flexing yang di-lakukan oleh seseorang.? 

Berikut, adalah penjelasan akan beberapa faktor yang bisa menyebabkan kebiasaan flexing itu terjadi.

1. Insecure, 

Flexing dapat terjadi disebabkan oleh kondisi insecure dalam diri seseorang. 

Mereka akan melakukan tindakan flexing ketika merasa bahwa keberadaan dirinya kurang di-hargai atau kurang dianggap penting oleh orang lain. 

Mereka akan menunjukkan kepada khalayak umum jika dirinya berhak untuk bisa di-terima di dalam suatu lingkungan serta mendapatkan pengakuan dari orang lain.

2. Kurang Empati, 

Kebanyakan dari mereka yang melakukan tindakan flexing tidak akan menyadari jika perilaku yang di-lakukannya bisa membuat orang lain merasa tak nyaman atau bahkan merasa begitu terganggu.

Itu artinya, tindakan flexing dapat terjadi karena kurangnya rasa empati pada seseorang yang melakukan flexing. 

Maka dari itu, karena tersebut membuat mereka (flexing) kurang di-sukai oleh orang lain.

3. Masalah Kepribadian, 

Mereka yang melakukan tindakan flexing biasanya juga bisa di-pengaruhi oleh adanya permasalahan dalam kepribadiannya. 

Ada beberapa masalah kepribadian yang bisa menyebabkan seseorang begitu suka mencari perhatian, sehingga membutuhkan pengakuan serta ingin di-perlakukan oleh orang lain apabila dirinya merupakan yang paling hebat bila di-bandingkan dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

4. Tekanan Sosial, 

Tindakan flexing juga dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki tekanan sosial di dalam lingkungannya. 

Tak bisa dipungkiri jika tekanan sosial di lingkungan sekitar bisa terjadi pada siapa saja. 

contoh; adalah adanya tuntutan gaya hidup dalam pergaulan yang bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan flexing.

5. Mencari Perhatian, 

Salah satu penyebab terjadinya tindakan flexing yang di-lakukan oleh seseorang adalah untuk mencari perhatian orang yang disekitarnya maupun orang tertentu yang mereka tuju. 

Mereka akan melakukan berbagai macam cara agar bisa membuat orang yang mereka tuju mengetahui keberadaannya. 

contoh; adalah menggunakan penampilan yang mencolok /atau bersikap yang bisa membuat dirinya mendapatkan perhatian dari orang lain.

Itulah beberapa penyebab yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan flexing. 

Pada dasarnya, flexing yang di-lakukan oleh seseorang tak lain hanya untuk mencari perhatian /atau mendapatkan pengakuan dari orang lain. 

Namun, karena adanya perubahan zaman dan perkembangan teknologi, maka banyak orang yang salah mengartikan flexing.

       Foto: Indra Kenz

Akibat yang di-timbulkan dari Tindakan Flexing, 

Meski tindakan flexing yang di-gunakan untuk tujuan strategi marketing bisa sangat memberikan keuntungan. 

Akan tetapi, jika tindakan flexing dilakukan dengan tujuan pamer kekayaan, tentunya hal tersebut juga akan memberikan dampak kurang baik.

Nah, agar kalian juga semakin paham apa saja dampak yang bisa di-timbulkan dari tindakan flexing dengan tujuan pamer kekayaan, maka bisa simak penjelasannya, di bawah ini:

1. Adanya Potensi Memaksakan Keadaan, 

Dampak yang pertama dari adanya tindakan flexing yang dilakukan hanya untuk pamer kekayaan adalah bisa menimbulkan perilaku memaksakan keadaan. 

Hal ini karena mereka yang melakukan flexing terbiasa tampil dengan barang-barang mewah yang mengakibatkan mereka ingin selalu menunjukkan eksistensinya.

Hal ini ternyata sangat berbahaya ketika di kemudian hari pihak yang melakukan flexing tidak bisa memenuhi keinginan tersebut.

Tentunya kondisi tersebut bisa mengarah ke pemaksaan tujuan.

Dengan kata lain, mereka yang sudah terbiasa melakukan tindakan flexing biasanya akan selalu berupaya untuk melakukan tindakan flexing walau-pun keadaannya sedang tidak memungkinkan sekalipun.

2. Terasa Sulit Mendapatkan Teman, 

Banyak orang menganggap jika memiliki kekayaan bisa menarik perhatian orang lain dan lebih mempermudah untuk mendapatkan teman. 

Namun, fakta yang terjadi sebenarnya adalah ketika seseorang terbiasa melakukan tindakan flexing justru akan sulit untuk mendapatkan teman.

Sebuah studi menyebutkan jika ada sekitar 66 persen orang cenderung memilih mobil mewah dibandingkan mobil standar. 

Akan tetapi, kebanyakan orang akan lebih senang untuk berteman dengan mereka yang memiliki keadaan standar.

3. Dapat Mengganggu Kepribadian, 

Dampak lain yang bisa diakibatkan dari adanya tindakan flexing pamer kekayaan adalah bisa mengganggu kepribadian.

Psikolog dari Knox College dan Penulis Buku The High Price of Materialism, memberikan penjelasan, jika seseorang yang melakukan tindakan flexing memiliki sifat kurang empati, kurang prososial dan lebih kompetitif, sehingga akan mengganggu kepribadiannya sendiri.

Selain itu, seseorang yang terbiasa melakukan tindakan flexing juga cenderung untuk tidak memberikan dukungan terhadap kelestarian lingkungan. 

Bahkan, mereka cenderung mendukung keyakinannya yang merugikan dan juga diskriminatif.

Itulah beberapa dampak yang terjadi ketika seseorang melakukan tindakan flexing dengan tujuan hanya untuk pamer kekayaan.

Jadi, sebaiknya sebisa mungkin agar kamu menghindar dari tindakan flexing.

Cara Agar Tidak Terjebak dalam Fenomena Flexing, 

Di-lihat dari dampak fenomena flexing yang digunakan hanya untuk pamer kekayaan seperti pada penjelasan di-atas. 

Tentunya tindakan flexing akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena itu, sebaiknya kita mengetahui cara menghindari agar tidak terjebak pada fenomena flexing. 

Ada beberapa cara agar terhindar dari fenomena flexing pamer kekayaan, antara lain:

1. Berpikir Kritis, 

Cara pertama yang bisa kalian lakukan adalah dengan membiasakan diri sendiri untuk mencari tahu fakta dan data dari setiap informasi yang ada. 

Berikan, ketika menerima suatu pertanyaan jangan langsung memberikan respon maupun menyerap begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana dampak terhadap diri kalian sendiri mau-pun orang lain.

Ketika kalian sudah mulai mencoba untuk berpikir kritis, maka setidaknya apapun keputusan yang akan kalian ambil setelahnya akan didasarkan dari logika dan bukan dari emosi semata. 

Mencerna dan menelan informasi yang masuk akan membantu kalian untuk bisa lebih paham apa yang sebenarnya di-butuhkan dan tidak di-butuhkan oleh diri sendiri.

Hal ini perlu di-lakukan karena tak semua informasi itu sifatnya baik-baik dan dapat memberikan manfaat yang begitu nyata bagi diri kalian. 

Jadi, mulailah untuk belajar menyerap informasi yang benar-benar penting, bermanfaat serta berdasarkan dengan fakta dan juga data yang ada.

2. Kerjakan Apa yang Kalian Ketahui, 

Semakin berkembangnya dunia teknologi akan semakin memudahkan kalian untuk bisa mengetahui semua hal. 

Mulai dari yang dibutuhkan hingga yang mungkin tak dibutuhkan sekali-pun bisa dengan mudah untuk di-dapatkan.

Meskipun begitu, usahakan untuk tidak secara mudah mempercayai dan langsung mengerjakannya begitu saja tanpa mencari tahu terlebih dahulu seluruh informasi yang ada. 

contoh; ketika kalian tergiur dengan berbagai macam jenis investasi yang di-tawarkan karena memang melihat banyak sekali keuntungan yang akan di-dapatkan.

Namun, sebelum memutuskan untuk melakukan investasi tersebut. 

Kalian bisa mencoba untuk mencari tahu lebih dalam dan lebih detail lagi, seperti; investasi jenis apa yang memang kalian butuhkan, produknya apa saja, resiko yang diberikan bagaimana, keuntungan yang di-dapatkan apa saja, jangkauan waktu yang dibutuhkan berapa lama dan lainnya.

Karena bisa jadi kekayaan dan materi yang kalian lihat pada mereka yang menawarkan berbagai macam investasi tersebut tidak akan terjadi dengan cara instan, pastinya akan ada proses panjang di dalamnya. 

Oleh karena itu, cobalah untuk lebih bijak dalam melakukan sesuatu yang sudah diketahui dan sudah terbiasa. 

Jadi, jangan sampai hanya karena tergiur serta mengikuti tren tanpa benar-benar tahu keseluruhan informasi sebenarnya, sehingga bisa merugikan diri sendiri.

3. Filter Media Sosial, 

Tak bisa di-pungkiri jika setiap informasi yang ada di dunia internet tak akan bisa kalian kendalikan. 

Oleh karena itu, kalian sendirilah yang bisa mengendalikan informasi yang ada di dunia internet seperti yang ada di dalam media sosial.

Pandailah dalam memilih setiap akun atau channel yang memang memberikan manfaat dan benar-benar kalian butuhkan agar terhindar dari budaya flexing pamer kekayaan yang mungkin akan semakin membuat kalian terlalu overthinking.

Jika memang sudah terlanjur terjebak di dalamnya, sebaiknya kalian menghindari saja.

Sebisa mungkin kalian tidak terjebak hingga di kendalikan oleh media sosial, karena pada dasarnya kalianlah yang harus mengendalikan diri sendiri saat bermain media sosial. 

Dengan begitu, kalian akan merasakan manfaatnya untuk diri kalian sendiri mau-pun orang lain di sekitar.

4. Fokus Pada Tujuan, 

Belajar dan menata ulang kembali titik fokus kalian adalah hal yang bisa di-lakukan. 

Hindari dan hilangkan semua distraksi yang ada terkait dengan materi maupun pada orang-orang yang selalu pamer kekayaan.

Lebih fokuslah pada tujuan pribadi dan nikmati setiap proses yang di-lalui, karena semua usaha dan kerja keras kalian sendirilah yang nantinya akan memberikan hasil.

Materi dan semua kekayaan adalah hasil akhir yang akan kalian dapatkan setelah melalui berbagai macam proses di dalamnya dan tentunya hal tersebut bukanlah tujuan yang sebenarnya. 

Fokus terhadap tujuan, cita, mimpi dan beberapa hal lain yang memang harus kalian kejar dan wujudkan serta bisa membuat kalian terus untuk belajar dan bertumbuh setiap harinya.

5. Berhenti Mencari Validitas Orang Lain, 

Cara yang terakhir adalah berhenti mencari validitas orang lain. 

Bukan tugas kalian untuk selalu memenuhi ekspektasi atau keinginan orang lain dan membuat mereka senang. 

Mungkin kalian tanpa sadar jika selama ini terlalu sibuk untuk memenuhi ekspektasi orang lain serta mencari validasi dari berbagai macam hal yang dilakukan.

Padahal validasi, ekspektasi, dan juga justifikasi dari orang lain tidak sepenuhnya bisa menggambarkan siapa dirimu dan apa yang akan kalian capai berikutnya. 

Jika kalian masih selalu memenuhi ekspektasi dan meminta validasi dari orang lain, maka kalian hanya akan lelah tanpa mendapatkan hasil apapun, karena pada dasarnya validasi itu hanya ada di dalam diri kalian sendiri.

       Foto: Doni Salmanan

Itulah rangkuman tentang fenomena flexing yang kerap terjadi saat ini dan pengertian flexing adalah. 

Cobalah untuk tidak melakukan tindakan flexing yang hanya untuk sekadar pamer kekayaan semata.

|Narasi: Gaya Hidup, Kesehatan, 

|Teks: W.J.B

|Sumber Literasi: Gramedia, Cambridge Dictionary, Kamus Merriam Webster, Thorstein Veblen (The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions), Psikolog dari Knox College dan Penulis Buku The High Price of Materialism, W.J.B, 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®