Edisi : 238
Halaman 7
Foto: Xinhua NewsBALI, KUPANG TIMES - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China, Xi Jinping, menjelang pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi G20, Senin, (14/11/22).
Kedua Kepala Negara, serius membahas sederet isu, dan berusaha untuk menemukan kesamaan, meskipun ada situasi antagonis, atas perdagangan, teknologi, hukum dan situasi antagonis lainnya.
Sejak awal, Biden mengatakan, bahwa; "pertemuan ini bertujuan untuk menentukan batasan agar persaingan antara AS dan China tak berujung konflik yang meluas,"
Berikut 4 (empat) Poin Penting dalam pertemuan bilateral Biden dan Xi di Bali:
1. Langkah Kecil menuju jalan yang benar
Dalam pernyataan sebelum pertemuan, kedua kepala negara menegaskan bahwa mereka akan mencari jalan untuk hidup berdampingan di tengah berbagai ketidaksepahaman.
Setelah bertemu sekitar 3,5 jam, Biden mengatakan, bahwa; "Xi pada dasarnya mau bekerja sama di sejumlah isu,"
"Apakah saya percaya dia mau berkompromi terkait sejumlah isu,? Ya. Kami sangat jujur satu sama lain terkait isu-isu yang kami tidak sepaham,"|Joe Biden (Presiden AS)
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa; "pertemuan ini menciptakan kembali ruang dalam sistem China untuk bekerja sama dengan AS,"
Seorang pengamat politik, dari badan think tank Chatham House, Yu Jie mengatakan, bahwa; "gelagat yang di tunjukkan Biden dan Xi setelah bertemu sebenarnya baik,"
"Xi ingin melanjutkan mekanisme dan dialog rutin untuk membuat hubungan bilateral dengan Biden menjadi stabil,"
"Namun, pertemuan ini hanya langkah kecil yang harus di tindaklanjuti,"
"Pertemuan ini tidak akan memperbaiki kepedihan kedua belah pihak satu sama lain, tapi hanya memperlambat keterpurukan hubungan mereka,"|Yu Jie (pengamat politik, dari badan think tank Chatham House)
2. Masih berselisih soal Taiwan dan HAM
Meski sudah menuju jalan yang benar, Biden dan Xi masih berselisih soal Taiwan dan dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia di China.
Biden mengatakan, bahwa; "saat bertemu Xi, ia membahas kekhawatiran mengenai praktik China di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong, juga HAM secara keseluruhan,"
"Namun sejak dulu, China selalu memperingatkan dunia, bahwa; urusan di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong merupakan masalah dalam negeri mereka,"
Dan China mewanti-wanti Negara lain, untuk tidak ikut campur.
"Dunia cukup besar bagi kedua negara untuk membangun dirinya sendiri dan sejahtera bersama,"|Hua Chunying (Jubir Kemlu China) setelah mendampingi Xi dalam pertemuan dengan Biden.
Selain itu, Biden juga membahas tentang, kekhawatiran AS atas pergerakan China yang di sebut-sebut mulai bersiap menginvasi Taiwan.
Menurut Xi, "masalah Taiwan merupakan inti dari kepentingan inti China, dan batas pertama (first red line), yang tidak boleh di lewati dalam hubungan bilateral kedua negara,"
"Status Taiwan adalah inti dari kepentingan inti China, landasan Politik dari hubungan China-AS, dan garis batas pertama yang tidak boleh di langgar dalam hubungan China-AS,"|Xi Jinping (Presiden China), saat berikan pernyataan resmi Kenegaraan, yang di rilis kantor berita Xinhua News.
3. Ukraina dan Korut masih jadi momok
Biden juga meminta Xi mengklarifikasi posisi jelas China terkait sejumlah isu, termasuk perang antara Rusia-Ukraina, juga ambisi nuklir Korea Utara.
Sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina, China terlihat ingin bersikap netral, tapi masih di anggap dekat dengan Rusia.
Namun dalam pertemuan ini, Biden dan Xi sepakat, bahwa; "perang nuklir tidak boleh terjadi dan tak bisa di menangkan oleh siapa pun,"
Dan Biden menggarisbawahi penolakan mereka terhadap penggunaan ancaman senjata nuklir di Ukraina.
Dalam kesempatan itu, Biden juga memperingatkan Xi, bahwa; "jika China tidak bisa membendung ambisi Korut sebagai sekutu dekat mereka, maka AS akan terus meningkatkan kehadiran di kawasan tersebut,"
4. Politik dalam Negeri AS masih jadi ganjalan
Biden di anggap menyiratkan bahwa Politik dalam Negeri AS masih menjadi hambatan utama, untuk memenuhi tuntutan China, terutama terkait Taiwan.
Selama ini, AS menjalin hubungan dengan Taiwan berdasarkan Undang-Undang Relasi Taiwan.
Dalam UU itu, AS mengizinkan hubungan dengan Taiwan dalam batasan-batasan tertentu.
Kongres AS pun berkali-kali mempertimbangkan untuk memberikan bantuan kepada Taiwan di tengah ancaman China.
Dalam pertemuan kali ini, Biden menegaskan, bahwa; "posisi AS terkait Taiwan tidak akan berubah,"
Selain itu, Biden di anggap harus memuaskan Kongres, apalagi jika ia ingin kembali ikut dalam pemilihan umum dua tahun mendatang.
(W.J.B)