Strategi Jitu Sang Banteng.!

Edisi : 187

Halaman 2

      Gambar: Berbagai sumber, Puan Maharani  
      dan Ganjar Pranowo

KUPANG TIMES - Dunia Perpolitikan di Indonesia sudah mulai ber-asap, mungkin penyebab asap, dari sepuntung rokok yang belum padam baranya.

Walaupun Pemilihan Umum, masih dua tahun lagi, namun beberapa Partai Politik, sudah mulai melakukan pergerakan dan memberikan sinyal dukungan terhadap kandidatnya.

Para kandidat tersebut, bisa dari Parpol itu sendiri, atau Parpol 'K' melirik Kandidat Parpol 'M', atau Parpol-parpol melirik kandidat non Parpol.

Tentunya dukungan terhadap kandidat tersebut, berdasarkan Data Persentase Elektabilitas dari sejumlah Lembaga Survei yang Kredibel.

Dan salah satu penyebab asap yang makin mengepul dari bara yang sudah menyala-nyala itu, datangnya dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Dalam tiga bulan terakhir ini, masyarakat Indonesia di suguhi dengan tontonan Dinamika Politik, yang mana, dua Kader dari PDIP terlihat saling menunjukan kualitas dan kelayakan, demi memikat hati sang Ketua Umum Partai berlogo Banteng Bermoncong Putih itu, dan layak di tunjuk sebagai calon Presiden pengganti Joko Widodo.

Dan yang menarik adalah, Dinamika ini menjadi Drama Politik yang manis, dengan terbentuknya dua kubu dalam Kader PDIP, mulai dari tingkat DPD sampai tingkat ranting.

Dua kubu ini adalah, Dewan Kolonel (Puan Maharani)  vs Dewan Kopral (Ganjar Pranowo).

Dengan adanya Kubu-kubuan ini, semakin menambah citarasa Politik semakin menarik untuk di ikuti, serta memunculkan pertanyaan, skenario apa yang sedang di mainkan sang sutradara (Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri).

Namun yang namanya drama, pasti akan membawa dan memaksa penonton, untuk menilai siapa yang memerankan tokoh Protagonis, Antagonis dan Tritagonis serta Figuran.

Kemudian penonton akan di giring, untuk sedikit menerka klimaks, atau akhir Drama tersebut.

Dan saya salah satu masyarakat yang tertarik untuk menilai dan memberikan pandangan saya, bahwa;

Pengalaman Partai di Era Reformasi

"Pemilu 2004-2009 dan 2009-2014, yang di ikuti oleh begitu banyak Partai, dan menempatkan SBY dan Partai Demokrat-nya sebagai Penguasa, dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri secara tegas menempatkan Partainya sebagai oposisi selama 10 tahun, sambil mempersiapkan Kader-kader terbaiknya dan memainkan taktik Politik, untuk Pemilu 2014-2019,"

"Di tahun 2014, secara mengejutkan namun bijaksana, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menanggalkan status trah Soekarno dan Keegoisan sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dengan menunjuk Kader terbaiknya Joko Widodo sebagai calon Presiden,"

"Dengan Strategi, Perhitungan Politik yang cerdas, PDIP keluar sebagai Pemenang Pemilu 2014-2019, dan juga berhasil mengantarkan Capres-Cawapres, Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Periode 2014-2019,"

"Pada tahun 2019 strategi baru di mainkan oleh PDIP, dan sejumlah media Nasional menulis dalam laman pemberitaan-nya, bahwa; telah terjadi gesekan antara Megawati dan Jokowi, yang di sebabkan, karena usulan dari PDIP terkait penempatan Posisi Kapolri, Panglima TNI, dan beberapa jabatan strategis lainnya, tidak di hiraukan oleh Jokowi,"

"Dengan terjadinya gesekan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Jokowi, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengeluarkan pernyataan menarik dan mengejutkan, bahwa; Kader Partai yang di tunjuk sebagai Kepala Pemerintahan adalah PETUGAS PARTAI,"

"Dan Pemilu 2019, lagi-lagi Skenario Kader yang merupakan seorang Kepala Pemerintahan terlihat di tekan oleh partainya sendiri,"

"Strategi ini, berhasil mengundang perhatian sejumlah Partai Besar yang kemudian memutuskan untuk mendukung Joko Widodo sebagai Capres Periode Ke-2,"

"Dan di menit-menit terakhir, PDIP menyatakan sikap sebagai pengusung utama Joko Widodo sebagai Capres Periode Ke-2,"

"Bagi sang Ketua Umum Partai, untuk jadi  pemenang tidak harus duluan, karena dia tahu kader-kadernya sudah di gembleng menjadi militan, artinya; Megawati Soekarnoputri yakin para kadernya itu tetap MERAH,"

"Skenario menaikkan Elektabilitas Partai dan Kandidat Capres di Tahun 2022, masih jauh dari tahun Politik 2024, dan menurut saya, skenario itu kembali di mainkan,"

"Namun menjadi pertanyaan, kenapa harus di tahun 2022,?"

"Yaa karena Pemilihan Calon Presiden yang akan datang, bersifat pertarungan bebas, tidak ada petahana,"

"Dan dia tahu siapa kader yang berpotensi menjadi Capres dari PDIP,"

"Pengamatan saya, Ganjar Pranowo (GP) adalah kader yang sangat berpotensi menjadi Capres,"

"Karena GP memiliki daya tarik tersendiri,"

"Di sisi lain, GP cukup di kenal masyarakat luas, bahkan oleh beberapa Pengamat Politik mengatakan, bahwa; GP merupakan calon terkuat menggantikan Joko Widodo,"

"Mayoritas Pemilih di 2024 adalah Pemilih rasional dan Milenial yang Melek Medsos dan tahu mana kandidat yang layak sebagai penerus Jokowi,"

"Skenario di mainkan kembali, dan Dewan Kolonel vs Dewan Kopral jadi drama Perpolitikan yang apik,"

"GP seakan terzolimi oleh Partainya sendiri,"

"Dan banyak Parpol lain yang kini mulai meliriknya,"

"Apakah akan sama dengan skenario 2019,?"

"Sekali lagi, ini STRATEGI SANG BANTENG."

(M.P. dan W.J.B)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®