Jumlah Dokter Spesialis Di Indonesia Belum Penuhi Standar WHO.! "Kok Bisa.?"

Edisi : 188

Halaman 1

       Foto: Pixabay

JAKARTA, KUPANG TIMES - Meningkatkan sistem Pelayanan Kesehatan Primer menjadi tantangan tersendiri dalam pelayanan kesehatan (yankes). 

Yankes Primer selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat banyak.

Oleh sebab itu, Kapasitas Dokter dalam memberikan Pelayanan Kesehatan, bukan lagi menjadi faktor pendukung, tetapi menjadi penentu Kualitas Pelayanan. 

Seperti yang di katakan oleh, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG.(K), bahwa; "saat ini lulusan Kedokteran memiliki Kualifikasi beragam, yang pada akhirnya mendilusi Kualitas Pelayanan Kesehatan Primer,"

Dr. Hasto juga mengatakan, bahwa; "Kita butuh solusi jitu dalam menjawab berbagai tantangan tersebut,"

"Belum lagi, adanya permasalahan dilematis yang kerap di alami dokter, yaitu; pertimbangan antara pengabdian dan orientasi pencapaian diri,"

"Konflik batin semacam ini menjadi tidak terhindarkan,"

"Dokter yang tekun dan mau melayani masyarakat sepenuhnya sebagai seorang provider sekaligus manajer di Puskesmas tidak lebih dari 10%,"

"Ini tantangan kita untuk memajukan layanan primer,"

Dilema ini, menurut dr. Hasto harus menjadi Perhatian Pemerintah, karena ada sebuah urgensi dalam pemerataan pelayanan, dengan jumlah tenaga dokter yang tidak mencukupi. 

Dr Hasto juga mengatakan, bahwa; "yang di butuhkan saat ini adalah, kesadaran, empati, dan idealisme pelayanan sebagai sebuah sikap nasionalisme para dokter sejak awal,"

Perihal pentingnya pemenuhan kuota dokter sebagai provider kesehatan, beberapa waktu lalu Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin yang mengutip data Kemenkes RI tahun 2022, menyebutkan; perbandingan jumlah tenaga kesehatan termasuk spesialis dengan populasi di Indonesia adalah 0,68 per 1000 populasi.

Bandingkan dengan standar yang di tetapkan World Health Organization, yakni; 1 tenaga kesehatan untuk 1.000 populasi.

Angka ketersediaan tenaga kesehatan di Indonesia, masih di bawah standar Negara-negara Asia yang 1,2 per 1.000, atau bahkan negara-negara OECD atau Eropa yang jauh lebih baik di angka 3,2 per 1.000 populasi.

Beruntung, kata dr. Hasto, bahwa; "hingga saat ini sebagian besar publik masih meyakini bahwa dokter adalah profesi yang mulia dan terhormat, dan semangat masyarakat dan para orang tua terhadap pendidikan kedokteran pun masih sangat tinggi, sehingga dorongan untuk menggeluti profesi bidang kesehatan masih sangat besar,"

"Situasi ini tentu bisa menjadi momentum yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mencetak lulusan dokter terbaik,”|kata mantan Bupati dua Periode, di Kabupaten. Kulon Progo, Provinsi Jawa Tengah itu. 

Harapan dr. Hasto, pada akhirnya Pemerintah tak hanya mampu memenuhi kuota dokter sebagai provider kesehatan, tapi juga memastikan kesamaan kualitas setiap dokter.

"Sehingga jargon Ethos, Logos, dan Pathos bagi para pelayan kesehatan, seperti; yang di sampaikan Aristoteles, dapat di terapkan oleh semua dokter,”|dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG.(K)

(W.J.B) 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®